BAB II
PENDAHULUAN
Seorang
perempuan menjadi subur dan dapat melahirkan segera setelah ia mendapatkan haid
yang peetama, dan kesuburan perempuan akan terus berlangsung sampai menapause.
Kehamilan dan kelahiran yang terbaik
artinya resikonya lebih rendah untuk ibu dan anak, adalah antara 20-35 tahun
sedangkan persalinan pertama dan kedua paling rendah resikonya bila jarak
antara dua kelahiran adalah 2-4 tahun.
Dari data WHO (1990) didapatkan
bahwa diseluruh dunia terjadi lebih dari 100 x 10(6) senggaama setiap harinya
dan terjadi 1 juta kelahiran baru per hari dimana 50% diantaranya tidak
direncanakan dan 25% tidak diharapkan. Dari 150.000 kasus abortus provokantus
yang terjadi per hari, 50.000 diantaranya abortus ilegal dan 500 perempuan
meninggal akibat komplikasi abortus tiap
harinya.
Dari
faktor tersebut, kita dapat membuat perencanaan keluarga sebagai alat
penyejahtera para ibu dan anak serta mewujudkan masyarakat yang sehat. Beberapa
alat kontrasepsi yang ditawarkan memiliki kelebihan dan kekurangan. Metode
Amenorea Laktasi merupakan salah satu metode dalam mengatur pertumbuhan dan
kesejahteraan penduduk.
1. Apa definisi Metode Amenorea Laktasi
( MAL )
2. Bagaimana cara kerja Metode Amenorea
Laktasi ( MAL )
3. Apa keuntungan Metode Amenorea
Laktasi ( MAL )
4. Apa kekurangan Metode Amenorea
Laktasi ( MAL )
5. Apa indikasi Metode Amenorea Laktasi
( MAL )
6. Apa kontra indikasi Metode Amenorea
Laktasi ( MAL )
7. Apa kriteria Metode Amenorea Laktasi
( MAL )
8. Apa intruksi yang diberikan pada
penggunaan Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
9. Bagaimana keefektifan Metode
Amenorea Laktasi ( MAL )
1. Mahasiswa
mampu mengerti dan paham mengenai pokok bahasan KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
2. Mahasiswa
dapat menyebutkan keuntungan dan kekurangan / keterbatasan apa saja dalam
menggunakan KB Metode
Amenorea Laktasi ( MAL ).
3. Mahasiswa
dapat mengetahuiindikasi, kontra indikasi dalam menggunakan KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
4. Mahasiswa
dapat mengetahui kriteria menggunakan KB Metode Amenorea Laktasi ( MAL )
dan;
5. Mahasiswa
dapat mengetahui intruksi yang diberikan serta keefektifan dalam menggunakan KB
Metode Amenorea Laktasi ( MAL ).
Metode
amenore laktasi ( MAL ) merupakan alat kontrasepsi yang mengandalkan pemberian
air susu ibu ( ASI ). Metode ini dapat dijadikan alat kontrasepsi jika memenuhi
syarat, yaitu:
a) Menyusui
secara penuh ( full breast feeding )
b) Belum
menstruasi
c) Usia
bayi kurang dari 6 bulan
d) Metode
ini bisa efektif sampai 6 bulan
e) Harus dilanjutkan dengan
pemakaaian metode kontrasepsi lainnya
Penggunaan MAL
bagi ibu-ibu postpartum sebagai metodekontrasepsi dapat diandalkan sepanjang
ibu tidak mengalami ovulasi. Hanya saja yang menjadi persoalannya adalah sampai
sekarang masih sukar sekali untuk menentukan kapan ovulasi akan kembali,
kebanyakan ( tetapi tidak semua ) ibu-ibu yang sedang menyusui tidak akan
mengalami ovulasi untuk 4-24 minggu setelah melahirkan, sedankan ibu-ibu yang
tidak menyusui dapat mengalami ovulasi lebihdini, yaitu 1-2 bulan setelah
melahirkan.
Semakin lama ibu tidak menyusui bayinya, menstruasi
akan cenderung cepat kembali selama masa menyusui tersebut, dan makin cenderung
timbul ovulasi yang mendahului menstruasi pertama postpartum. Sebaliknya,
semakin sering bayi mengisap ASI maka semakin lama kembalinya atau tertundanya
menstruasi ibu.
Penelitian Howie dan kawan-kawan (1981) menemukan
bahwa ovulasi tidak akan terjadi bila laktasi yang ketat dipertahankan. Tampaknya
bayi yang mengisap ASI sebanyak 6 kalih atau lebih dalam 24 jam, dengan lama
menyusu > 60 menit per 24 jam, serta menyusu pada malam hari, ,merupakan
faktor-faktor penting dalam penundaan ovulasi.
Setelah melahirkan, ovulasi dapat terjadi dalam 28 hari
bila ibu tidak menyusui bayinya.ovulasi akan tertunda selama lebih dari 10
minggu dan mungkin selama masa laktasi, asalkan frekuensi, intensitas, dan
kebutuhan bayi diperhatikan.
Konsentrasi
prolaktin meningkat sebagai respons terhadap stimulus pengisapan berulang
ketika menyusui. Dengan intensitas dan frekuensi yang cukup,kadar prolaktin
akan tetap tinggi. Hormon prolaktin yang merangsang produksi ASI juga
mengurangi kadar hormon LH yang diperlukan untuk memelihara dan melangsungkan
siklusmenstruasi.
Kadar
prolaktin yang tinggi menyebabkan ovarium menjadi kurandg sensitif terhadap
perangsangan gonadotropin yang memang sudah rendah, dengan akibat timbulnya
inaktivasi ovarium, kadar estrogen yang rendah dan an-ovulasi. Bahkan pada saat
aktivitas ovarium mulai pulih kembali, kadar prolaktin yang tinggi menyebabkan
fase luteal yang singkat dan fertilitas menurun. Jadi, intinya cara kerja
Metode Amenore Laktasi ( MAL ) ini adalah dengan penundaan atau penekanan ovulasi.
·
Keuntungan kontrasepsi
a. Efektifitas
tinggi ( keberhasilan 98% pada 6 bulan pasca persalinan )
b. Segera
efektif
c. Tidak
mengganggu senggama
d. Tidak
ada efek samping secara sistemik
e. Tidak
perlu pengawasan medis
f. Tidak
perlu obat atau alat
g. Tanpa
biaya
h. Menstruasi
sudah mulai kembali
i.
Bayi sudah tidak terlalu sering menyusu
( on demand )
j.
Bayi sudah berusia 6 bulan atau lebih
·
Keuntungan nonkontrasepsi
Untuk
bayi
a. Mendapatkan
kekebalan pasif
b. Sumber
asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh kembang bayi yang optimal
c. Terhindar
dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu lain atau formuula, atau
alat minum yang dipakai
Untuk
ibu
a. Mengurangi
perdarahan pasca persalinan.
b. Mengurangi
resiko anemia.
c. Meningkatkan
hubungan psikologi ibu dan bayi.
1. Perlu
persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui dalam 30 menit pasca
persalinan.
2. Mungkin
sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3. Efektifitas
tinggi hanya sampai kembalinya haid sampai dengan 6 bulan. Hanya wanita amenore
yang memberikan ASI secara eksklusif dengan interval teratur, termasuk pada
waktu malam hari, yang selama 6 bulan pertama mendapatkan perlindungan
kontrasepstif sama dengan perlindungan yang diberikan oleh kontrasepsi oral.
Dengan munculnya menstruasi atau setelah 6 bulan, resiko ovulasi meningkat.
4. Tidak melindungi terhadap IMS
termasuk hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS (Saifuddin, 2003).
E. Indikasi Metode Amenore Laktasi
Ibu
yang dapat menyusui secara eksklusif, bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan
belum mendapat haid setelah melahirkan. Kita dapat mendorong ibu untuk memilih
metode lain dengan tetap menganjurkan untuk melanjutkan ASI, saat terjadi
keadaan-keadaan seperti :
Keadaan
|
Anjuran
|
Ketika
mulai memberikan makanan pendamping secara teratur (menggantikan satu kali
menyusui)
|
Membantu
klien memilih metode lain.walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
Ketika
haid sudah kembali
|
Membantu
klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
Bayi
sudah tidak terlalu sering menyusu (on demand)
|
Membantu
klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
Bayi
berumur 6 bulan atau lebih
|
Membantu
klien memilih metode lain. Walaupun metode kontrasepsi lain dibutuhkan, klien
harus didorong untuk tetap melanjutkan pemberian ASI.
|
a) Sudah
mendapat menstruasi setelah melahirkan
b) Tidak
menyusui secara eksklusif
c) Bayinya
sudah berumur lebih dari 6 bulan
d) Bekerja
dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
Syarat ibu untuk menggunakan metode KB alami Amenorea Laktasi ( MAL )
yaitu:
a. ibu
yang menyusui secara eksklusif.
b. ibu
belum menstruasi sejak melahikan (belum haid).
c. ibu
memberikan Asi kepada bayinya secara ”penuh” (hanya sesekali diberi satu sampai
dua teguk air minum,misalnya pada upacara adat/keagamaan).
d. bayi
berusia 6 bulan. (Saifuddin, 2003)
·
Seberapa sering harus menyusui.
Bayi disusui secara ondemand
(menurut kebutuhan bayi). Biarkan bayi menyelesaikan menghisap dari satu
payudara sebelum memberikan payudara lain, supaya bayi mendapat cukup banyak
susu akhir (hind milk). Bayi hanya membutuhkan sedikit ASI dari payudara
berikut atau sama sekali tidak memerlukan lagi. Ibu dapat memulai dengan
memberikan payudara lain padda waktu menyusui berikutnya sehingga kedua
payudara memproduksi banyak susu.
·
Biarkan bayi menghisap sampai dia
sendiri yang melepasskan hisapannya.
·
Susui bayi ibu juga pada malam hari
karena menyusui waktu malam membanttu mempertahankan kecukupan persediaan ASI.
·
Bayi terus disusukan walau ibu/bayi
sedang sakit.
·
ASI dapat disimpan dalam lemari
pendingin.
·
Kapan mulai memberiksan makanan padat
sebagai makanan pendamping ASI. Selama bayi tumbuh dan berkembang dengan baik
serta kenaikan berta badan cukup, bayi tidak memerlukan makanan selain ASI
sampai dengan umur 6 bulan.
·
Apabila ibu menggantikan ASI dengan
minuman atau makanan lain, bayi akan menghisap kurang sering dan akibatnya
menyusui tidak efektif lagi sebagai metode konttrasepsi.
·
Haid, ketika ibu sudah mendapatkan
haidnya lagi, maka pertanda ibu sudah subur kembali dan harus segera memulai
menggunakan metode KB lainnya.
·
Untuk kontrasepsi dan kesehatan.
1. Memerlukan metode kontraspsi lain ketika seorang ibu
mulai dapat haid lagi, jika tidak lagi menyusui secara eksklusif atau bila bayi
sanda sudah berumur 6 bulan.
2. Konsultassi
dengan bidan atau dokter atau tempat pelayanan kesehatan sebelum memulai
menggunakan alat kontrassepsi lainnya.
3. Jika
suami atau pasangan beresiko tinggi terpapar IMS, termasuk AIDS, sebaiknya
menggunakan kondom ketika MAL.
·
Apa yang harus dilakukan bila ibu
menyusui tidak secara eksklusif atau berhenti menyusui.
1. Sebaikanya
menggunakan kondom atau metode kontrasepsi lain ketika anda tidak menyusui lagi
secara eksklusif.
2. Ke
klinik atau pelayanan kesehatan untuk membantu memilihkan atau memberikan
metode kontrasepsi lain yang sesuai.
Beberapa
catatan dari konsensus bellagio (1988) untuk mencapai keefektifan 98% adalah:
1. Ibu
harus menyusui secara penuh atau hampir penuh (hanya sesekali diberi 1-2 teguk
air/minuman pada upacara adat atau agama).
2. Perdarahan
sebelum 56 hari pasca persalinan dapat diabaikan (belum dianggap haid).
3. Bayi
menghisap secara langsung
4. Menyusui
dimulai dari setengah sampai satu jam setelah bayi lahir.
5. Kolostrum
diberikan kepada bayi.
6. Pola
menyusui on demand dan dari kedua payudara
7. Sering
menyusui selama 24 jam termasuk malam hari.
8. Hindari
jarak menyusui lebih dari 4 jam.
Setelah
bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin didahului haid, tetapi dapat
juga tanpa didahului haid. Efek ketidakssuburan karena menyusui sanagat
dipengaruhi oleh aspek-aspek:
1. Cara
menyusui.
2. Seringnya
menyusui.
3. Lamanya
setiap kali menyusui.
4. Jarak
antara menyusui.
5. Kesungguhan
menyusui.
Langkah-langkah penentuan saat
pemakaian KB MAL
*bagaimanapun, klien dapat memilih
salah satu cara ber-KB tamabahan pada setiap saat
BAB III
PENUTUP
Metode
amenore laktasi ( MAL) merupakan salah satu metode kontrasepsi yang
mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI ). Metode ini menberikan banyak
keuntungan bagi pemakainya. Selain memberikan keuntungan kontraseptif. Namun
sebagai mana layak nya jenis metode kontrasepsi lainnya,MAL juga mempunyai
beberapa keterbatasan.
Metode
Amenore Laktasi (MAL ) bekerja dengan cara menekan atau menunda terjadinya
proses ovulasi,yaitu dengan peningkatan hormon prolaktin sebagai akibat
responsterhadap stimulus pengisapan berulang pada saat menyusui. Penggunaan MAL
bagi ibu pospartum sebagai metode kontrasepsi dapat diandalkan sepanjang ibu
tidak mengalami ovulasi. Semakinlama ibu memulai untuk menyusui
bayinya,menstruasi akan semakin cenderung terjadi kembali selama masa meyusui
tersebut,dan makin cenderung timbul ovulasi yang mendahului menstruasi pertama
postpartum. Sebaliknya, semakin sering mengisap ASI, maka semakin lama
kembalinya atau tertundanya menstruasi ibu.
Sebaiknya
metode kontrasepsi amenore laktasi ( MAL ) menjadi pilihan KB bagi ibu yang
menyusui, karena metode ini selain digunakan sebagai alat kontrasepsi juga
dapat mempererat hubungan anatara ibu dengan bayinya, dan metodde ini tidak
mengganggu senggama antara ibu dengan suami serta tidak mempunyai efek samping.
DAFTAR
PUSTAKA
Saifudin,
Abdul bari.2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: yayasan
bina pustaka sarwono prawirohajo.
Varney, Helen. 2006. Asuhan Kebidanan. Jakarta
: EGC.
Wikhjosastro, Hanifa. 2011. Ilmu Kebidanan Edisi
Ketiga. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar