Kamis, 31 Oktober 2013

makalah tentang masalah yang lazim terjadi pada neonatus, bayi, dan anak



ASUHAN NEONATUS &BAYI  DENGAN MASALAH YANG LAZIM TERJADI










Oleh    :
Nama : Umi risalatul hidayah Nim    : 993309745


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNISSULA SEMARANG
2013



KATA PENGANTAR


      Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul ASUHAN NEONATUS &BAYI  DENGAN MASALAH YANG LAZIM TERJADI
      Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang asuhan neonatus dan bayi dengan maslah yang lazim.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
      Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.                                                                  



                                                                                               

                                                                                    Semarang, 26 Oktober 2013  



Penulis      



Daftar Isi





PENDAHULUAN


Mata kuliah asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita diberikan pada mahasiswa semester III. Diharapkan setelah proses pembelajaran mahasiswa diharapkan mampu dalam memberikan asuhan pada neonatus, bayi dan balita yang didasari oleh konsep, sikap dan ketrampilan. Pada pokok bahasan ini mahasiswa akan mempelajari mengenai penyakit dan masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan balita yang lazim ditemui di masyarakat yang seringkali dianggap remeh oleh masyarakat. Setelah memahami konsep dasar mengenai penyakit dan masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan balita diharapkan mahasiswa dapat melakukan penatalaksanaan yang tepat dengan kondisi yang dihadapi melalui praktik di laboratorium dan praktik lapangan.

1.         Tujuan Intruksional Umum
Setelah mendapatkan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu mempraktekkan asuhan pada neonatus dan bayi baru lahir dengan masalah yang lazim terjadi.   

2.         Tujuan Intruksional Khusus
Setelah proses pembelajaran dikelas, laboratorium kampus, serta lahan praktek, diharapkan mahasiswa dapat :
1.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan bercak mongol
2.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan hemangioma
3.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan ikterik
4.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan muntah dan gumoh
5.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan oral trush
6.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan diaper rush
7.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan seborrhea
8.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan bisulan
9.                  Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan miliariasis
10.              Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan diare
11.              Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan obstipasi
12.              Mempraktekkan kembali asuhan pada neonatus dengan infeksi
13.              Mempraktekkan kembali pengelolaan pada neonatus dengan bayi meninggal mendadak




1.      Pengertian
Perubahan warna makular biru-hitam pada dasar tulang belakangdan pada bokong (Tom lissauer dan avroy fanaroff, 2009, At a Glance Neonatologi). Saitoh (1989) mengamati 250 bayi premature dan menyimpulkan bahwa timbulnya bercak mongol rata-rata pada umur kehamilan 38 minggu.Mula-mula terbatas di fosa cocsigea menjalar ke lumbo sacral.Lesi ini berisi sel melanosit yang terletak dilapisan dermis sebelah dalam atau sekitar folikel rambut.Kadang-kadang tersebar simetris atau unilateral.
Daerah tubuh yang menjadi pilihan (daerah predileksi) yang lain adalah daerah orbital dan daerah sitomatikus (nevus ota), yaitu yang mengenai daerah sclera atau fundus mata atau di daerah delto trapezius (nevis ito). Hal tersebut tidak perlu pengobatan cukup dengan tindakan konserfative saja.Namun bila penderita telah dewasa pengobatan daapat diberikan dengan alasan astetik melalui terapi sinar laser.
2.      Patofisiologi
Bercak mongol rata-rata muncul pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula terbatas di fossa koksigea lalu menjalar ke regio lumbosakral. Tempat lain yaitu didaerah orbita : sclera atau fundus mata dan daerah zigomaticus (nevus ota), daerah deltotrapezeus (nevus ito).
Nevus ota dan nevus ito biasanya menetap, tidak perlu diberikan pengobatan, cukup dengan tindakan konservatif saja. Namun bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika. Akhir-akhir ini dianjurkan pengobatan dengan sinar laser.
3.      Penyebab
ü  Belum jelas
ü  Timbulnya bercak akibat ditemukannya lesi yang berisi sel melanosit pada lapisan dalam dermis atau sekitar folikel rambut
4.      Penatalaksanaan
ü  Bercak mongol biasanya akan menghilang setelah beberapa pekan sampai 1 tahun, sehingga tidak perlu pengobatan dan cukup dilakukan tindakan konservatif
ü  Informasikan kepada keluarga untuk mengurangi kekhawatiran/kecemasan
ü  Pengobatan dapat diberikan dengan alasan estetika
1.         Definisi
Hemangioma adalah proliferasi pembuluh darah yang tidak normal.Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah. Orang mengenalnya sebagai tanda lahir atau birth mark. Walau disebut tumor, hemangioma tak selalu berbentuk benjolan seperti tumor pada umumnya.

2.         Klasifikasi
Tanda lahir ini terdiri atas 2 jenis :
a)         Nevus Flammeus ialah daerah kapileryang tidak menonjol, berbatas tegas, berwarna merah-ungu yang tidak bertambah ukurannya, bisa menghilang atau memudar warnanya.
b)         Nevus vaskulosus ialah kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan dermis dan subdermis) yang tumbuh beberapa bulan, kemudian mengkerut dan menghilang.
3.         Etiologi
Disebabkan malformasi jaringan angioblastik (jaringan pembentuk pembuluh darah) selama masa janin
4.         Patofisiologi
Hemangioma bisa dijumpai pada bayi baru lahir. Hemangioma infantil kebanyakan muncul pada minggu pertama kehidupan anak dan memiliki pola pertumbuhan yang dapat diprediksi.
Pola pertumbuhannya dibagi dalam tiga fase atau tahapan. Fase proliferatif atau masa pertumbuhan secara cepat terjadi pada 6-12 bulan. Kemudian terjadi proses penyusutan di usia 1-7 tahun, diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh lagi. Tumor tersebut akan mengalami kemunduran secara komplet pada sekitar 50 persen anak di usia 5 tahun dan 70 persen di usia 7 tahun.
Hemangioma 3-5 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki. Tumor jinak pembuluh darah ini juga lebih sering terjadi pada anak kembar. Hemangioma biasanya tidak diturunkan. Meski begitu, sekitar 10 % dari bayi dengan hemangioma memiliki riwayat keluarga dengan tanda lahir tersebut.
Rata-rata usia saat hemangioma muncul adalah dua minggu setelah lahir. Namun, pada hemangioma tipe dalam, tidak bisa dilihat hingga bayi berusia 2-4 bulan. Pada sepertiga bayi, tanda awal hemangioma bisa diamati saat mereka berada di ruang perawatan anak. Yang perlu diperhatikan, hemangioma tidak muncul saat dewasa.
Tumor yang berada dekat permukaan kulit disebut hemangioma superfisial. Kerap terlihat seperti pola merah terang yang timbul, kadangkala dengan permukaan bertekstur (kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah stroberi).
Lokasi hemangioma, hampir 60 % berada di sekitar kepala dan leher. Sekitar 25% berada di tubuh dan 15 % terdapat di lengan atau kaki. Hemangioma juga bisa muncul di lapisan bawah kulit ataupun organ dalam tubuh seperti hati, saluran pencernaan, dan otak.
5.         Komplikasi
a)         Perdarahan
b)         Trombositopeni
c)         Infeksi sekunder
d)        Bekas luka, gangguan penglihatan dan fungsi organ, masalah psikososial.
6.         Penatalaksanaan
a)         Konservatif, dibiarkan menghilang sendiri.
b)         Lesi yang menganggu estetika dapat dihilangkan dengan laser. Hemangioma yang besar harus terus dipantau.
c)         Operasi pembedahan
d)        Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan hemangioma
e)         Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
f)          Antibiotik bila terjadi infeksi

7.         Diagnosis banding
Bercak mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.
1.         Pengertian
Adalah warna kuning pada kulit konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubunemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya karena ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
2.         Jenis
a)         Ikterus fisiologis
Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadar yang membahayakan atau mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas.
b).   Ikterus patologis
1)    Ikterus patologis adalah ikterus yang dijumpai 24 jam pertama setelah lahir dengan bilirubin yang meningkat lebih dari 5 mg % perhari.
2)         Kadar diatas 12,5 mg % pada bayi matur atau 10 mg % pada bayi premature dan menetap setelah minggu pertama kelahiran selain itu juga ikterus dengan bilirubin langsung diatas 1 mg setiap waktu.
3)         Ikterus ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik, infeksi dan sepsis dan memerlukan penanganan dan perawatan khusus.
3.         pada Etiologi
1)         Produksi bilirubin yang berlebihan
2)         Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar
3)         Gangguan transportasi
4)         Gangguan dalam sel otak

4.         Tanda dan Gejala
a)         Ikterus fisiologis
1.      Disebabkan karena belum matangnya metabolisme bilirubin dan transpfortasi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kenaikan masa bilirubin dari pemecahan sel darah merah. Warna kuning akan timbul pada hari ke 2 atau hari ke 3 dan tampak jelas pada hari  ke 5 - 6 mengilang pada hari ke 10.
2.      Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan BBLR 10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14.
b)         Ikterus patologis
1.      Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total lebih dari 12 mg/dl
2.      Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24 jam
3.      Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi kurang bulan  (BBLR) dan 12,5 mg % pada bayi cukup bulan
4.      Ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis)
5.      Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari
6.      Bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada BBLR
c)         Keadaan yang menimbulkan ikterus patologis:
1.      Penyakit hemolitik, iso antibody karena ketidakcocokan golongan darah ibu dan anak seperti Rhesus antagonis, ABO
2.      Kelainan dalam sel darah seperti pada defisiensi G-6-PD (Glukosa-6-Fosfat dehidrokinase), talasemia
3.      Hemolisis : Hematoma, polisetemia, perdarahan karena trauma lahir
4.      Infeksi : Septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, toksoplasmosis, sifilis, rubella, dan hepatitis.
5.      Kelainan metabolik : Hipoglikemia, galaktosemia
6.      Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti sulfonamide salisilat, sodium bensoat, gentamisin.
7.      Pirau entheropatik yang meninggi, obtruksi usus letak tinggi, hischprung, stenosisplorik, mikonium illius.
5.         Derajat Ikterus
Penilaian kadar bilirubin
Pengamatan ikhterus kadang-kadang agak sulit apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus yang merupakan resiko terjadinya kern-ikhteru, misalnya kadar bilirubin bebas, kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer) dilakukan di bawah sinar biasa (day light). sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara laboratorium, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara klinis(Abdul Bari Saefudin, 2002 : 382).
Rumus Kramer

Daerah
Luas ikhterus
Kadar bilirubin (mg %)
1
Kepala dan leher
5
2
Daerah 1
(+)
Badan bagian atas
9
3
Daerah 1, 2
(+)
Badan bagian bawah dan tungkai
11
4
Daerah 1, 2, 3
(+)
Lengan dan kaki dibawah dengkul
12
5
Daerah 1, 2, 3, 4
(+)
Tangan dan kaki
16
(Abdul Bari Saefudin, 2002 : 383)

Contoh 1 : Kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira 9 mg %.
Contoh 2 : Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin ≥ 15 mg %.
6.         Penatalaksanaan
ü  Pendekatan menetukan kemungkinan penyebab, atau pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan .
ü  Kadar bilirubin serum berkala : darah tepi lengkap, golongan darah ibu dan bayi. uji coombs. pemeriksaan penyaringan defisiensi enzim G-6-PD.
7.         Cara pencegahan :
a)         Pengawasan antenatal yang baik
b)         Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan dan kelahiran, misalnya sulfafurasol, novobiosin, oksitosin, dll.
c)         Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonatus
d)        Pencegahan fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
e)         Pemberian makanan yang dini
f)          Pencegahan infeksi
g)         Pemberian ASI yang adekuat
h)         Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya, paling tidak setiap 2-3 jam
i)           Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar matahari pukul 7-9 pagi
8.         Komplikasi terapi sinar (fototherapi)
a)         Terjadi dehidrasi karena pengaruh lampu sehingga mengakibatkan peningkatan insensible water loos (penguapan air). Pada BBLR meningkat 2-3 kali lebih besar
b)         Frekuensi defikasi meninhgkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan empedu dan meningkatnya peristaltik usus
c)         Timbul kelainan kulit, sementara pada daerah yang terkena sinar (kulit kemerahan) tetapi akan hilang bila terapi selesai
d)        Gangguan retina bila mata tidak tertutup.
e)         Kenaikan suhu akibat sinar lampu. Jika ini terjadi sebagian lampu mati, tetapi diteruskan. Jika suhu terus naik lampu dimatikan semua untuk sementara.
f)          Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat menimbulkan kelainan (kemandulan) tetapi belum ada bukti.


9.         Tranfusi Tukar (EXCHANGE TRANSFUSION)
Transfusi tukar dilakukan pada keadaan hiperbilirubinemia yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan terapi sinar tetapi kadar bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfusi tukar dilakukan pada ikhterus yang disebabkan oleh hemolisis yang terdapat pada ketidakselarasan Rhesus, ABO, infeksi Toxoplasmosis.

Indikasi untuk melakukan transfusi ialah :
1)         Kadar bilirubin indirek lebih dari 20 mg %
2)         Peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu 0,3-1 mg % per jam
3)         Anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
4)         Bayi dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang 14 mg % dan,
5)         Uji Coomb positif.

Tujuan transfusi tukar ialah:
1)         Mengganti eritrosit yang dapat menjadi hemolisis
2)         Membuang antibodi yang menyebabkan hemolisis
3)         Menurunkan kadar bilirubin indirek dan,
4)         Memperbaiki anemia.
Transfusi tukar dilakukan oleh dokter didalam kamar yang antiseptik(Ngastiyah, 2005 :278).
1.         MUNTAH
a)      Pengertian
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung.

b)      Penyebab
1).  Kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esoifagus, atresia stenosis, hischprung  tekanan intrakanial yang tinggi, cara memberi makanan atau minuman yang salah.
2).  Pada masa neonatus semakin banyak misalnya faktor infeksi (Tractus urinaris akut, Hepatitis, Peritonitis).
Faktor lain yaitu infaginasi, kelainan intrakrnial, intoksikasi.
c)      Sifat muntah
1).  Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan obstruksi esophagus
2).  Muntah proyektif kemungkinan senosis pylorus
3).  Muntah hijau kekuningan kemungkinan obstruksidi bawah ampula vateri
4).  Muntah segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakanial tinggi atau obstruksi usus.
d)     Penatalaksanaan
1).  Pengkajian faktor penyebab
2).  Pengobatan tergantung penyebabnya
3).  Pengobatan suportif
4).  Kaji sifat muntah
5).  Simtomatis dapat diberi antiemetik
6).  Bila adanya kelainan yang sangat penting segera rujuk ke rumah sakit
e)      Gambaran muntah yang perlu dicurigai sebagai kelainan bedah :
ü  Muntah hijau (gangguan pada empedu)
ü  Muntah bercampur darah
ü  Muntah disertai penurunan berat badan
f)      Komplikasi :

ü  Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga dapat menyebabkan dehidrasi
ü  Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum dapat menyebabkan ketosis
ü  Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya bisa menjadi renjatan (syok)
ü  Bila muntah sering dan hebat akan terjadi ketegangan otot perut, perdarahan, konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi mediastinum, aspirasi muntah jahitan bisa lepas pada penderita pasca operasi dan timbul perdarahan.
g)     Penatalaksanaan:
1.      Utamakan penyebabnya
2.      Berikan suasana tenang dan nyaman
3.      Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati
4.      Kaji sifat muntah
5.      Simptomatis dapat diberi anti emetik (atas kolaborasi dan instruksi dokter)
6.      Kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti muntah (pada anak tidak rutin digunakan) :
ü  Metoklopramid
ü  Domperidon (0,2-0,4 mg/Kg/hari per oral)
ü  Anti histamin
ü  Prometazin
ü  Kolinergik
ü  Klorpromazin
ü  5-HT-reseptor antagonis
ü  Bila ada kelainan yang sangat penting segera lapor/rujuk ke rumah sakit/ yang berwenang
h)      Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila didapatkan gambaran suatu keadaan kelainan kongenital bawaan seperti obstruksi usus halus, atresia esophagus dan lain-lain.Selain dengan pemeriksaan radiologis, juga dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uji coba memasukan kateter kedalam lambung. Diagnosis harus dapat segera dibuat sebelum anak tersedak sewaktu makan dengan kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia
2.         GUMOH/REGURGITASI
a)      Pengertian
Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau beberapa saat setelah minum susu dan jumlahnya hanya sedikit
b)      Penyebab
1.      Anak/bayi yang sudah kejang
2.      Anak/bayi yang sudah kenyang
3.      Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui akibatnya udara masuk kedalam lambung
4.      Posisi botol yang tidak pas
5.      Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
6.      Kegagalan mengeluarkan udara
c)      Penatalaksanaan
ü  Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan keadaan yang normal, terutama pada bayi  dibawah 6 bulan
ü  Pengobatannya adalah :
1.      Dengan memperbaiki teknik menyusui/memberikan susu
2.      Perbaiki posisi botol saat menyusui
3.      Setelah menyusui usahakan anak bersendawa
d)     Diagnosis
1.      Sebagian besar gumoh terjadi akibat kebanyakan makan atau kegagalan mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung yang lebih sempurna, dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa diabaikan dengan pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau sesudah makan.
2.      Dengan menangani bayi secara hati-hati dengan emghindari konflik emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi kanan, letak kepala bayi tidak lebih rendah dari badannya. Oleh karena pengeluaran kembali refleks gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6 bulan pertama.
1.         Pengertian
Oral Trush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk, pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah menjalani pengobatan dengan antibiotik. Oral thrush disebut dengan oral candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi tetapi seiring dengan bertambahnya usia, angka kejadian semakin jarang, kecuali pada bayi yang mendapatkan pengobatan antibiotik.
2.         Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama persalinan(saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar.Oral thrush pada bayi terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush yang menetap. Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral thrush juga dapat terjadi karena bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarahKeadaan ini didukung oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi berat dapat menyebar menuruni esophagus.
3.         Tanda dan Gejala
a).    Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti bekas susu yang sulit dihilangkan
b).   Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau menyusu
c).    Mukosa mulut mengelupas
d).   Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila dihilangkan dan kemudian berdarah
e).    Bila terjadi kronis maka terjadi granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
4.         Komplikasi
Pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera ditangani atau diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum(menghisap puting susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral thrush tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare. Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.
5.         Penatalaksanaan
a.       Medik
Memberikan obat antijamur, misalnya :
1)      Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.
2)      Nystatin : tiap pastille mengandung 100.000 unit nistatin. Satu pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.
b.      Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai. Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, ketika akan dipakai seduh dengan air mendidih. Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan ada bakteri di dalam mulut. Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum apalagi sehabis makan.
6.      Pencegahan
a.       Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi
b.      Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa susu dalam mulut bayi
c.       Pemeliharaan kebersihan mulut dan perawatan payudara
1.         Pengertian
Diaper rash adalah merupakan akibat karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik.
2.         Penyebab
a.       Kebersihan kulit yang tidak terjaga
b.      Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
c.       Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
d.      Akibat mencret
e.       Reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen
3.         Tanda dan gejala
a.       Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema
b.      Erupsi pada daerah kontak yang menonjol, seperti : pantat, alat kemaluan, perut bawah, paha atas
c.       Keadaan lebih parah bisa terdapat : papilla erythematosa, vesicular dan ulcerasi
4.      Penatalaksanaan
d.      Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah kulit bayi, terutama didaerah alat kelamin, bokong, lipatan selangkangan
e.       Daerah yang terkena iritasi tidak boleh dalam keadaan basah (terbuka dan tetap kering)
f.       Menjaga kebersihan pakaian danperlengkapan
g.      Setiap BAB dan BAK bayi segera dibersihkan
h.      Untuk membersihkan kulit yang iritasi dengan menggunakan kapas halus yang dioleskan dengan minyak atau sabun mild dan air hangat
i.        Popok dicuci dengan detergen yang lembut
j.        Mengangin-anginkan kulit sebelum pampers baru dipasang dan menggunkan pampers dengan daya serap yang tinggi dan pas pemakaiannya
k.      Menggunakan popok yang tidak terlalu ketat (terbuka atau longgar) untuk memperbaiki sirkulasi udara.
l.        Posisi tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit yang teriritasi
m.    Pengobatan :
ü  Mengoleskan krim dan lotion yang mengandung zinc pada daerah yang sedang meradang
ü  Memberikan salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%
ü  Salep anti jamur dan bakteri (miconazole, ketokonazole, nystatin)
1.      Pengertian
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya.Mulai biasanya dari kulit kepala kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan.Ada yang mengatakan bahwa penyakit radang ini berdasakan gangguan konstitusionil dan sering terdapat faktor hereditas. Tidak dapat disangkal bahwa penderita umumnya kulit yang berlemak (seborea), tetapi bagaimana hubungan antara kelenjar lemak dan penyakit ini sama sekali belum jelas. Ada yang menganggap bahwa kambuhnya penyakit yang kronis ini adalah akibat makanan yang berlemak, makanan yangb berkalori tinggi, minuman alkhohol dan gangguan emosi.
Pada anak dan bayi biasanya terdapat tipe eritroskuamosa. Efloresensi berupa sisik yang berlemak dan eritema. Distribusi kelainan pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasea dan kepala. Kadang-kadang juga di daerah intertriginosa dan sekitar bibir.
2.      Gejala
a.       Semacam noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang kemudian mengeras dan akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga.
b.      Exudat seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)
3.      Pengobatan :
a.       Pengobatan kausal belum diketahui.
b.      Diusahakan agar penderita (anak yang menjelang umur 13 tahun sampai 19 tahun) menghindarkan makanan yang berlemak, kacang, coklat, seperti pada pengobatan akne vulgaris. Dapat pula diberikan vitamin B6 dan vitamin B kompleks untuk waktu yang lama.
c.       Topikal : Bila ada infeksi sekunder dan eksudatif harus dikompres dulu dengan larutan kalium permanganat 1/5.000. Kemudian diberikan krim yang mengandung asam salisilat (2%), sulfur presipitatus (4%), vioform (3%)  dan hidrokortison (1/2-1%). Neomisin dan basitrasin ditambahkan bila ada infeksi sekunder. Pada kasus menahun dapat dicoba pengobatan dengan sinar ultraviolet. Pada daerah kepala dianjurkan penggunaan shampoo yang tidak berbusa 2-3 kali seminggu dan memakai krim yang mengandung selenium sulfida  atau Hg-presipitatus albus 2%. 
4.      Diagnosis banding
Atopik dermatitis dengan gejala eritema, edema eksudasi, krusta dan bersisik terutama pada bayi muda.
1.         Definisi
Adalah benjolan besar, merah dan lunak yang terjadi akibat folikel rambut yang terinfeksi stafilokokus. infeksi kulit yang disebabkan oleh staphylococcus profunda yang berbentuk nodul-nodul lemak eritematosa dan letaknya didalam, biasanya daerah muka, pantat, leher, ketiak dan lain-lain. Nodul ini mengandung cairan yang dalam waktu beberapa hari akan mengeluarkan bahan nekrotik bernanah. Bentuk-bentuknya yaitu furunkel (boil) dan karbunkel (furunkel multipel)
2.         Etiologi
a.          Kurangnya kebersihan
b.         Kurang gizi
c.          Udara panas
d.         Tekanan dan gesekan pada kulit
e.          Garukan akibat gatal
3.         Patofisiologi
Daerah yang sering berkeringat (muka, punggung, lipatan paha, bokong, leher) jika sering digaruk dan terjadi gesekan akan mudah terinfeksi. Apabila folikel rambut terinfeksi kuman staphylococcus aureus akan menjadi benjolan berisi nanah. Kemudian timbul ‘mata’ yang berwarna putih dan kuning. Benjolan akan pecah 2-3 hari atau sembuh tanpa pecah. Karena folikel rambut berdekatan, dapat muncul beberapa buah bisul.
4.         Komplikasi Furunkel
Nyeri, Infeksi lebih lanjut.
5.         Penatalaksanaan Furunkel
a.          Jaga kebersihan diri, lingkungan dan gizi anak
b.         Jangan memencet, menggaruk benjolan
c.          Cuci kulit dengan spiritus atau larutan 1 sdt garam dalam segelas air untuk mencegah infeksi, kemudian tutup dengan kassa steril
d.         Krim antiseptik, cairan antiseptik untuk mandi
e.          Tablet antibiotik jika infeksi menyebar
6.         Diagnosis Banding
Jerawat, impetigo
a.         Definisi
Milia bercak kecil berwarna putih dan berukuran seperti jarum pentul pada hidung dan dagu serta dahi. Menghilang dalam bulan pertama kehidupan. Berasal dari retensi keratin dan materi sebaseus di dalam folikel pilosebaseus. Dan miliaria adalah vesikula berukuran seperti jarum khususnya pada leher dan dada. Biasanya berkembang pada minggu ke dua dan tiga disebabkan oleh keringat yang tertahan akibat tersumbatnya kelenjar ekrin. Hindari pakaian yang terlalu tebal dan udara panas.
b.         Etiologi
   Biang keringat bukan merupakan penyakit kulit yang berbahaya. Akan tetapi, penyakit kulit ini merupkan keluhan umum yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang keringat banyak diderita bayi didaerah tropis karena produksi keringat yang berlebihan, sementara saluran kelenjar keringatnya tersumbat. Produksi yang berlebihan dapat disebabkan oleh udara panas, ventilasi kurang, pakaian yang dikenakan terlalu tebal dan ketat
c.          Gejala
Gejala-gejala biang keringat yang sering muncul sebagai berikut :
1)      Bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan ketika bayi. Keadaan ini disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut. Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat di lap dengan handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher dan ketiaknya berlipat-lipat.
2)      Biang keringat juga dapat timbul di daerah dahi dan bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm). Kondisi ini bisa kambuh berulang-ulang, terutama jika udara panas dan berkeringat. 
d.      Bentuk miliariasis
Miliaria kristalina
·         Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
·         Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada bagian pakaian yang tertutup pakaian
·         Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh dengan sisik halus
·         Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung intra/subkorneal
·         Asuhan : pengobatan tidak diperlukan, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria rubra
·         Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal didaerah panas
·         Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
·         Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
·         Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer kulit di epidermis
·         Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria profunda
·         Timbul setelah miliaria rubra
·         Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·         Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
·         Karena letak retensi keringat lebih dalam maka secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
·         Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
·         Pada keadaan histopatologik tampak saluran kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel radang
·         Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan, mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam alkohol
e.          Pencegahan
Pada dasarnya, biang keringat pada bayi dapat dicegah dengan cara-cara berikut :
1)      Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut jika terlihat tubuhnya basah oleh keringat
2)      Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat
3)      Mengganti segera baju bayi yang basah oleh keringat atau kotoran
4)      Mengkondisikan ruangan ventilasi udara yang cukup, terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap
5)      Mengupayakan agar kamar bayi diberi jendela sehingga pertukaran udara dari luar ke dalam lancar
6)      Memandikan bayi secara teratur 2 kali sehari
7)      Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap keringat
f.          Asuhan/Pengobatan
Biang keringat dapat diobati dengan cara diberi bedak tabur tau kocok. Jika sudah terinfeksi secara sekunder, harus diobati dengan antibiotik atau antijamur.
1.         Definisi
Adalah suatu keadaan frekuensi BAB > 4x pada bayi atau >3x pada anak dengan konsisitensi tinja cair dan atau tanpa lendir atau darah.
2.         Jenis diare
·         Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah, berakhir <7 hari, muntah, demam
·         Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering, sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa usus
·         Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih, dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
3.         Etiologi
a.       Infeksi
1)      Enteral traktus digestivus
2)      Bakteri : E. Coli, Salmonella, Shigella, clostrisium
3)      Virus : Rotavirus, Adenovirus
4)      Parasit : Candida, Entamuba, Tricruris, Ascariasis
5)      Parenteral : brpn, oma, ensefalitis, tonsilofaringitis
a.       Malabsorbsi : karbohidrat, ex : intoleransi laktosa, lemak, protein
c.       Makanan : basi,beracun, alergi makanan
d.      Penyakit pada usus : colitis ulseratif, enterocolitis
e.       Psikologis : takut, cemas
4.         Faktor resiko
a.       Tidak adekuat air bersih
b.      Pencemaran air oleh tinja
c.       Sarana mck
d.      Higience lingkungan
e.       Iklim : rotavirus, bakteri
f.       Cara penyapihan yang tidak baik : penyapihan dini, pmt dini
g.      Kondisi host lemah : higience, malnutrisi, bblr, imunosupresi
h.      Gangguan osmotik
5.         Patofisiology
a.       Akibat makanan yang tidak dapat diserap/ dicerna ex : laktosa dari susu, merpukan makanan yang baik bagi bakteri
b.      Difermentasi oleh bakteri anaerob menjadi molekul kecil : H2O, CO2, H2
c.       Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus
d.      Mmenyerap cairan dari intraseluler ke ekstraseluler
e.       Hiperperistaltik
f.       Diare
6.         Gangguan skretorik
a.       Bakteri mengeluarkan toksin
b.      Peningkatan amp siklik
c.       Merangsang sekresi k, cl, na, h2o, dari intraseluler
d.      Menghambat absorbsi dari ekstraseluler ke intraseluler
e.       Hipersekresi
f.       Hiperperistaltik
g.      Diare
7.         Gangguan peristaltik
a.       Makanan yang merangsang
b.      Meningkatkan peristaltik usus
c.       Diare
d.      Menurunnya intake dan peningkatan
e.       Hilangnya cairan intra dan ekstrasel / dehidrasi
f.       Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, asam basa
g.      Syok hipoglikemi
8.         Gejala klinis
a.       Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh meningkat, anoreksia, lalu timbul diare
b.      BAB cair disertai lendir atau darah
c.       Warna tinja : dapat hijau, berbau asam oleh karena asam laktat yang tidak dpt dicerna
d.      Muntah sebelum/setelah diare oleh karena lambung ikut meradang
e.       Dehidrasi oleh karena kehilangan cairan
f.       Pada diare berat dapat terjadi renjatan : tekanan darah turun, pernafasan cepat, takikardi dan nadi kecil, keadaan umum lemah, kesadaran turun, oleh karena kehilangan cairan
g.      Oliguria s/d anuria
h.      Asidosis metabolic
9.         Komplikasi
a.       Dehidrasi
b.      Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, hipokalemia, hipoglikemia
c.       Syok hipovolemik
d.      Asidosis metabolik
e.       Kejang
f.       Intoleran sekunder oleh karena kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
10.     Asuhan kebidanan
Pengkajian
a.       Subjektif
1)      Kaji riwayat diare, BAB, jumlah, warna, konsistensi, bau, waktu BAB.
2)      Kaji intake output, muntah
b.      Objektif
1)      Kaji status hidrasi : ubun-ubun, mata, turgor kulit, membran mukosa mulut.
2)      Vital sign, berat badan
11.     Analisa dan tindakan
Kurangnya volume cairan
a.       Memberikan rehidrasi oral atau parenteral
b.      Asi tetap dilanjutkan(kecuali bila tidak toleran terhadap asi formula rendah laktosa)
c.       Anjurkan banyak minum, PMT tetap diberikan sesuai usia
d.      Monitor intake output
e.       Kaji tanda-tanda dehidrasi, vital sign
f.       Pemberian obat antidiare dan antibiotika (berdasarkan kepmenkes : obat sebagai pertolongan pertama / sementara)
g.      Segera rujuk bila diare bertambah atau terjadi komplikasi lanjut
12.     Gangguan integritas kulit
a.       Kaji kerusakan kulit
b.      Anjurkan untuk menggunakan kapas lembab untuk membersihkan anus
c.       Hindari pakaian yang lembab
13.     Resiko penularan
a.       Anjurkan cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
b.      Segera membersihkan bekas BAB tempatkan ditempat khusus
c.       Isolasi enterik (standart pencegahan infeksi enteral)
14.     Kecemasan orang tua
a.       Dengarkan keluhan anak atau ortu
b.      Pahami tumbang anak
c.       Gunakan komunikasi terapeutik sesuai tahap tumbang
d.      Empati, berikan sentuhan terapeutik
e.       Jelaskan tentang penyakit, rencana tindakan atau perawatan
f.       Jelaskan cara mencegah infeksi dengan menjaga kebersihan diri dan lingkungan
g.      Libatkan orang tua dalam perawatan anak
1.      Definisi
Sembelit atau konstipasi atau obstipasi merupakan masalah yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak dan bersifat normal. Tanda adanya kondisi yang lebih serius apabila disertai muntah, berat badan slit naik, demam dan berat badan sulit naik.
2.      Penyebab
Faktor  non organik
ü  Kurang makanan yang tinggi serat
ü  Kurang cairan
ü  Obat/zat kimiawi
ü  Kelainan hormonal/metabolik
ü  Kelainan psikososial
ü  Perubahan mikroflora usus
ü  Perubahan/kurang exercise
Faktor organik
ü  Kelainan organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
ü  Kelainan otot dasar panggul
ü  Kelainan persyarafan : M. Hirsprung
ü  Kelainan dalam rongga panggul
ü  Obstruksi mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus
3.      Tanda dan gejala
a.    Frekuensi BAB kurang dari normal
b.    Gelisah, cengeng, rewel
c.     Menyusu/makan/minum kurang
d.    Fese keras
4.      Pemeriksaan penunjang
a.       Laboratorium (feses rutin, khusus)
b.       Radiologi (foto polos, kontras dengan enenma)
c.        Manometri
d.       USG
5.      Penatalaksanaan
ü  Banyak minum
ü  Makan makanan yang tinggi serat (sayur dan buah)
ü  Latihan
ü  Cegah makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
ü  ASI lebih baik dari susu formula
ü  Enema perotal/peranal
ü  Kolaborasi untuk intervensi bedah jika ada indikasi
ü  Perawatan kulit peranal
1.         Definisi
Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10-15 % dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar.
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
2.         Patogenesis
Infeksi pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya dalam 3 golongan, yaitu :
a.       Infeksi antenatal
Kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman itu melalui batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang daapt menyerang janin melalui jalan ini ialah :
1).   Virus, yaitu rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia, cytomegalic inclusion,
2).   Spirokaeta,yaitu treponema  palidum (lues)
3).   Bakteri jarang sekali dapat melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria monocytogenes.
Tuberkulosis kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan amnion tersebut.
b.      Infeksi intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi daripada cara lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga amnion setelah ketuban pecah.Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting terhadap timbulnya plasentitis dan amnionitis.Infeksi dapat pula terjadi walaupun ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan manipulasi vagina.Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik sehingga terjadi pneumonia kongenital.Selain itu infeksi dapat menyebabkan septisemia. Infeksi intranatal daapt juga melalui kontak langsung dengan kuman yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ‘oral trush’
c.       Infeksi pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi baru lahir lengkap. Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai akibat kontaminasi pada sat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya sebagian besar dapat dicegah.Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal ini sangat tinggi.Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosis infeksi perinatal sangat penting, yaitu disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya.Diagnosis infeksi perinatal tidak mudah.Tanda khas seperti yang terdapat bayi lebih tua seringkali tidak ditemukan.Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti dan akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium.Seringkali diagnosis didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkaan itu diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi.Walaupun demikian diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan tingkah laku neonatus, yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum. Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam pertama dan bayi tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa kelainan  tersebut mungkin sekali disebabkan oleh infeksi (Hutchinson, 1972). Gejala infeksi pada neonatus biasanya tidak khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua atau pada anak.Beberapa gejala yang dapat disebutkan diantaranya ialah malas minum, gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare.Selain itu dapat terjadi edema, sklerema, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali dan kejang.Suhu tubuh dapat meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayo BBL seringkali terdapat hipotermia dan sklerema. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ‘not doing well’ kemungkinan besar ia menderita infeksi.
3.         Pembagian infeksi perinatal
   Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut berat ringannya dalam 2 golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan :
a.       Infeksi berat (‘major infections’)
Diantaranya adalah : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorium.
b.      Infeksi ringan (‘minor infections’)
Diantaranya adalah : infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum, infeksi umbilikus (omfalitis), moniliasis.
4.         Pencegahan
Cara umum :
a.       Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai pada periode antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum, leurkorea dan lain-lain. Di kamar bersalin harus ada permisahan yang sempurna antara bagian yang septik dan bagian yang aseptik. Pemisahan ini mencakup ruangan, tenaga perawatan dan alat kedokteran serat alat perawatan. Ibu yang akan melahirkan, sebelum masuk kamar bersalin sebaiknya dimandikan dulu dan memakai baju khusus untuk kamar bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan harus dilakukan secara aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril.
b.      Di bangsal bayi baru lahir harus ada pemisahan  yang sempurna untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan partus septik. Pemisahan ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan dan alat yang digunakan. Selain itu haurs terdapat kamar isolasi untuk bayi yang menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat pendidikan khusus dan mutu perawatan harus baik, apalagi bila bangsal perawatan bayi baru lahir merupakan suatu bangsal perawatan bayi baru lahir yang bersifat khusus. Sebelum dan sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan sebaiknya memakai sabun, antiseptik atau sabun biasa asal saja cukup lama (1 menit). Dalam ruangan harus memakai jubah steril, masker dan memakai sandal khusus. Dalam ruangan bayi tidak boleh banyak bicara. Bila menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, tidak boleh masuk kamar bayi.
c.       Dapur susu harus bersih dan cara mencampur susu harus aseptik. Pengunjung yang mau melihat bayi harus memakai masker dan jubah atau sebaiknya melihat bayi melalui jendela kaca. Air susu ibu yang dipompa sebelum diberikan pada bayi harus dipasteurisasi. Setiap bayi harus mempunyai tempat pakaian sendiri, begitu pula termometer, obat, kasa, dan lain-lain. Inkubator harus selalu dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari harus dibersihkan dan setiap minggu dicuci dengan menggunakan antiseptikum.
Cara khusus :
a.    Pemakaian antibiotika hanya untuk tujuan dan indikasi yang jelas.
b.   Pada beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (lebih daripada 12 jam), air ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak manipulasi intravaginal, resusitasi yang berat, sering timbul keraguan apakah akan digunakan antibiotika secara profilaksis. Pengguanan antibiotika yang banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya ‘strain’ mikroorganisme  yang tahan terhadap antibiotika dan mengakibatkan timbulnya pertumbuhan jamur yang berlebihan, misalnya Candida Albicans. Sebaliknya kalau terlambat memberikan antibiotika pada penyakit infeksi neonatus, sering berakibat kematian.
Berdasarkan hal di atas dapat dipakai kebijaksanaan sebagai berikut :
a)   Bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratorium cukup baik, sebaiknya tidak perlu memberikan antibiotika profilaksis. Antibiotika baru diberikan kalau sudak terdapat tanda infeksi.
b)   Bila kemampuan tersebut tidak ada, kiranya dapat dipertanggungjawabkan pemberian antibiotika profilaksis  berupa ampisilin 100 mg/kgbb/hari dan gentamisin 3-5 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari.
5.         Pengobatan
a.       Memberikan antibiotika spektrum luas sambil menunggu biakan daarh dan uji resistensi. Antibiotika yang menjadi pilihan pertama ialah sefalosporin (sefotaksim) dengan dosis 200 mg/kgbb/hari intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin yang diberikan dengan dosis awal 10 mg/kgBB/hari intravena, dilanjutkan dengan 15 mg/kgBB/hari intravena atau dengan gentamisin 6 mg/kgBB/hari masing-masing dibagi dalam 2 dosis. Pilihan kedua ialah ampisilin 300-400 mg/kgBB/hari intravena, dibagi dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotrimoksazol 10 mg/kgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6 mg/KgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis (dihitung berdasarkan berdasarkan dosis trimetoprim). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada pemberian antibiotika ini yang perlu mendapat perhatian ialah pemberian kloramfenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg/kgBB /hari untuk mencegah terjadinya sindrom ‘Grey baby’ dan pemberian sefalosporin serta kotrimoksazol tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu.
b.      Pemeriksaan laboratorium rutin
c.       Biakan darah dan uji resisten
d.      Pungsi lumbal dan biakan cairan serebrospinalis dan uji reistensi
e.       Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan tinja dan urin
1.         Definisi
Bayi meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup secara teoritis telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur terlentang’ pada bula Desember tahun 1991 dan berbagai laporan pemerintahan setelahnya ( DoH 1991,1993, 1995). Posisi miring dianggap lebih dapat diterima untuk bayi sehat yang di rumah sakit, untuk bayi yang memerlukan pemantauan fungsi pernafasan atau jantung atau keduanya, tetapi tidak untuk bayi yang di rumah (Fleming et al 1996). Saat ini diyakini bahwa posisi terlentang sebaiknya merupakan posisi tidur yang direkomendasikan bagi semua bayi dan harus dimulai di rumah sakit sebelum pulang (Hunt 1999). Diwajibkan bagi bidan untuk membiasakan bayi dan mengajari orang tua dalam mengadopsi pendekatan ini (Willinger et al 2000) mengingatkan bahwa, selain informasi tertulis, terdapat kebutuhan untuk mengingatkan orang tua secara terus menerus tentang faktor resiko dan prosedur keamanan (misal posisi tidur kaki-ke-kaki, dan ruangan yang bebas asap rokok) yang berhubungan dengan SDIS selain mengajari orang tua untuk menjaga bayi mereka tetap hangat. Namun, selebaran ‘Kurangi resiko kematian di tempat tidur bayi’ (FSID 1996) dapat menyebabkan kebingungan. Bidan perlu menjelaskan bagaimana penerapan isu tersebut di keluarga individu dan mempertimbangkan tahun, usia gestasi dan usia pascanatal saat memindahkan perawatan ke bidan komunitas. Pelatihan orang tua tentang ‘apa yang sebaiknya dilakukan jika bayi berhenti bernafas’, menjadi bagian penting persiapan rutin untuk pemulangan. Tingkat persiapan ini dapat memperdayakan sebagian orang tua.
2.         Factor-faktor yang mungkin menyebabkan bayi mati mendadak
1.      Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea obstruktif yang lebih penting daalam terjadinya SIDS
2.      Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan saraf pusat.
3.      Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS masih belum di ketahui.
4.      Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
5.      Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS.
3.         Diagnosis
            Semakin banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami retardasi pertumbuhan pasca natal.
4.         Pencegahan SIDS
1.      Selalu letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur, walaupun saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi bayi yang sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
2.      Jangan pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
3.      Gunakan kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian menyimpulkan bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan di atas kasur yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan lembut lainnya.
4.      Jauhkan berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-benda tersebut.
5.      Pastikan bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat penitipan bayi untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur mengandung risiko SIDS.
6.      Pastikan wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi Anda.
7.      Pakaikan pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi untuk menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya Anda perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda berada di ujung ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi,Ujung bawah selimut yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah kasur atau matras sehingga terhimpit.
8.      Jangan biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda sendiri. Hentikan kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok.
9.      Jangan biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan.
10.  Temani bayi Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu yang cukup lama.




Beberapa penyakit atau masalah yang lazim diderita oleh neonates, bayi dan balita yaitu : bercak mongol, hemangioma, ikterik, muntah dan gumoh, oral trush, diaper rush, seborrhea, bisulan, miliariasis, diare, obstipasi, infeksi, dan bayi meninggal mendadak.
1.      Bercak mongol yaitukelainan ini berupa bercak kebiruan, kehitaman, atau kecoklatan yang lebar, difus, terdapat didaerah bokong atau lumbosakral yang dapt menghilang setelah beberapa bulan atau tahun yang tidak memerlukan tindakan pengobatan
2.      Hemangioma adalah proliferasi pembuluh darah yang tidak normal. Hemangioma merupakan jenis tumor pembuluh darah yang lebih dikenal  sebagai tanda lahir atau birthmark. Etiologinya disebabkan malformasi jaringan angioblastik (jaringan pembentuk pembuluh darah) selama masa janin. Adapun penatalaksanaannya adalah konservatif, dibiarkan menghilang sendiri. Lesi yang menganggu estetika dapat dihilangkan dengan laser. Diagnosis banding hemangioma adalah bercak mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.
3.      Ikterus adalah warna kuning pada kulit konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan bilirubun, sedangkan hiperbilirubunemia adalah ikterus dengan konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya karena ikterus atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Jenis ikterus yaitu Ikterus fisiologis dan ikterus patologis.
4.      Muntah dan gumoh yaitu keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Penyebabnya yaitu adanya kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus, atresia stenosis, hischprung  tekanan intrakanial yang tinggi, cara memberi makanan atau minuman yang salah. Dan infeksi pada masa neonatus misalnya faktor infeksi (Tractus urinaris akut, Hepatitis, Peritonitis).
5.      Oral Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyebabnya yaitu adanya jamur candidia albicans yang dapat tertular selama proses persalinan atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar.
6.      Diaper rash adalah merupakan akibat karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik akibat kebersihan kulit yang tidak terjaga, jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing, udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab, akibat mencret, reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen. Tanda dan gejalanya yaitu iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema.
7.      Seborrhea
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya.Mulai biasanya dari kulit kepala kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan.Pada anak dan bayi biasanya terdapat tipe eritroskuamosa.Efloresensi berupa sisik yang berlemak dan eritema.Distribusi kelainan pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasea dan kepala.Kadang-kadang juga di daerah intertriginosa dan sekitar bibir.
8.      Bisulan (Furunkel) adalah benjolan besar, merah dan lunak yang terjadi akibat folikel rambut yang terinfeksi stafilokokus akibat kurangnya kebersihan, kurang gizi, udara panas, tekanan dan gesekan pada kulit, dan garukan akibat gatal. Penatalaksanaannya yaitu menjaga kebersihan diri, lingkungan dan gizi anak, jangan memencet, menggaruk benjolan, cuci kulit dengan spiritus atau larutan 1 sdt garam dalam segelas air untuk mencegah infeksi, kemudian tutup dengan kassa steril, krim antiseptik, cairan antiseptik untuk mandi, tablet antibiotik jika infeksi menyebar.
9.      Millariasis (Biang keringat) banyak diderita bayi didaerah tropis karena produksi keringat yang berlebihan, sementara saluran kelenjar keringatnya tersumbat. Produksi yang berlebihan dapat disebabkan oleh udara panas, ventilasi kurang, pakaian yang dikenakan terlalu tebal dan ketat.Gejala yang sering muncul yaitu bintik-bintik merah (ruam) pada leher, dahi dan bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm).
10.  Diare adalah suatu keadaan frekuensi BAB > 4x pada bayi atau >3x pada anak dengan konsisitensi tinja cair dan atau tanpa lendir atau darah disebabkan oleh infeksi, malabsorbsi, makanan : basi,beracun, alergi makanan, penyakit pada usus: colitis ulseratif, enterocolitis, psikologis : takut, cemas.
11.  Obtsipasi
Sembelit merupakan masalah yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak dan bersifat normal.Tanda adanya kondisi yang lebih serius apabila disertai muntah, berat badan sulit naik, demam dan berat badan sulit naik.
12.  Infeksi pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan 10-15 % dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar.
Infeksi pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir di rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
13.  Bayimeninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi mendadak (SDIS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup secara teoritis telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur terlentang’ pada bula Desember tahun 1991 dan berbagai laporan pemerintahan setelahnya. (DoH 1991, 1993, 1995).

1.      Hendaknya mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran Bidan yang prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung jawab, dan selalu mengembangkan ilmu kebidanannya.
2.      Dapat mengetahui dan menerapkan ilmu yang telah diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan secara langsung pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas didalam melaksanakan tugas sebagai bidan.
3.      Bidan harus mampu dan terampil memberikan pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.





Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. IKA Jilid 2. Jakarta. Infomedika
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. IKA Jilid 3. Jakarta. Infomedika
Verney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. 3rd ed. P 551-559. London : Johanes and Barlett Publishers Internasional
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4, vol. 2. Jakarta : EGC
Nelson, Waldo E. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1 Edisi 15. Jakarta : EGC





 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar