ASUHAN NEONATUS &BAYI DENGAN MASALAH YANG LAZIM TERJADI
Oleh :
Nama : Umi risalatul
hidayah Nim
: 993309745
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNISSULA SEMARANG
2013
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami
sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ASUHAN NEONATUS
&BAYI DENGAN MASALAH YANG LAZIM TERJADI “
Diharapkan Makalah ini dapat memberikan informasi
kepada kita semua tentang asuhan
neonatus dan bayi dengan maslah yang lazim.Kami menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima
kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini
dari awal sampai akhir.Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.Amin.
Semarang, 26 Oktober 2013
Daftar Isi
PENDAHULUAN
Mata kuliah asuhan kebidanan neonatus, bayi dan balita diberikan pada
mahasiswa semester III. Diharapkan setelah proses pembelajaran mahasiswa diharapkan
mampu dalam memberikan asuhan pada neonatus, bayi dan balita yang didasari oleh
konsep, sikap dan ketrampilan. Pada pokok bahasan ini mahasiswa akan
mempelajari mengenai penyakit dan masalah kesehatan pada neonatus, bayi dan
balita yang lazim ditemui di masyarakat yang seringkali dianggap remeh oleh
masyarakat. Setelah memahami konsep dasar mengenai penyakit dan masalah
kesehatan pada neonatus, bayi dan balita diharapkan mahasiswa dapat melakukan
penatalaksanaan yang tepat dengan kondisi yang dihadapi melalui praktik di
laboratorium dan praktik lapangan.
1.
Tujuan Intruksional Umum
Setelah
mendapatkan perkuliahan ini diharapkan mahasiswa mampu mempraktekkan asuhan
pada neonatus dan bayi baru lahir dengan masalah yang lazim terjadi.
2.
Tujuan Intruksional Khusus
Setelah
proses pembelajaran dikelas, laboratorium kampus, serta lahan praktek,
diharapkan mahasiswa dapat :
1.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan bercak mongol
2.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan hemangioma
3.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan ikterik
4.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan muntah dan gumoh
5.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan oral trush
6.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan diaper rush
7.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan seborrhea
8.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan bisulan
9.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan miliariasis
10.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan diare
11.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan obstipasi
12.
Mempraktekkan
kembali asuhan pada neonatus dengan infeksi
13.
Mempraktekkan
kembali pengelolaan pada neonatus dengan bayi meninggal mendadak
1.
Pengertian
Perubahan warna makular biru-hitam pada dasar tulang belakangdan pada bokong (Tom
lissauer dan avroy fanaroff, 2009, At a Glance Neonatologi). Saitoh (1989)
mengamati 250 bayi premature dan menyimpulkan bahwa timbulnya bercak mongol
rata-rata pada umur kehamilan 38 minggu.Mula-mula terbatas di fosa cocsigea
menjalar ke lumbo sacral.Lesi ini berisi sel melanosit yang terletak dilapisan
dermis sebelah dalam atau sekitar folikel rambut.Kadang-kadang tersebar
simetris atau unilateral.
Daerah
tubuh yang menjadi pilihan (daerah predileksi) yang lain adalah daerah orbital dan daerah
sitomatikus (nevus ota), yaitu yang mengenai daerah sclera atau fundus mata
atau di daerah delto trapezius (nevis ito). Hal tersebut tidak perlu pengobatan
cukup dengan tindakan konserfative saja.Namun bila penderita telah dewasa pengobatan
daapat diberikan dengan alasan astetik melalui terapi sinar laser.
2.
Patofisiologi
Bercak mongol rata-rata muncul
pada umur kehamilan 38 minggu. Mula-mula terbatas di fossa koksigea lalu
menjalar ke regio lumbosakral. Tempat lain yaitu didaerah orbita : sclera atau
fundus mata dan daerah zigomaticus (nevus ota), daerah deltotrapezeus (nevus
ito).
Nevus ota dan nevus ito biasanya
menetap, tidak perlu diberikan pengobatan, cukup dengan tindakan konservatif
saja. Namun bila penderita telah dewasa, pengobatan dapat diberikan dengan
alasan estetika. Akhir-akhir ini dianjurkan pengobatan dengan sinar laser.
3.
Penyebab
ü
Belum jelas
ü
Timbulnya bercak akibat ditemukannya lesi yang
berisi sel melanosit pada lapisan dalam dermis atau sekitar folikel rambut
4.
Penatalaksanaan
ü
Bercak mongol biasanya akan menghilang setelah
beberapa pekan sampai 1 tahun, sehingga tidak perlu pengobatan dan cukup
dilakukan tindakan konservatif
ü
Informasikan kepada keluarga untuk mengurangi
kekhawatiran/kecemasan
ü
Pengobatan dapat diberikan dengan alasan
estetika
1.
Definisi
Hemangioma adalah proliferasi pembuluh
darah yang tidak normal.Hemangioma
merupakan jenis tumor pembuluh darah. Orang mengenalnya sebagai tanda lahir
atau birth mark. Walau disebut tumor, hemangioma tak selalu berbentuk benjolan
seperti tumor pada umumnya.
2.
Klasifikasi
Tanda lahir ini terdiri
atas 2 jenis :
a)
Nevus
Flammeus ialah daerah kapileryang tidak menonjol, berbatas tegas, berwarna
merah-ungu yang tidak bertambah ukurannya, bisa menghilang atau memudar warnanya.
b)
Nevus
vaskulosus ialah kapiler yang baru terbentuk dan membesar pada kulit (lapisan
dermis dan subdermis) yang tumbuh beberapa bulan, kemudian mengkerut dan
menghilang.
3.
Etiologi
Disebabkan
malformasi jaringan angioblastik (jaringan pembentuk pembuluh darah) selama
masa janin
4.
Patofisiologi
Hemangioma
bisa dijumpai pada bayi baru lahir. Hemangioma infantil kebanyakan muncul pada
minggu pertama kehidupan anak dan memiliki pola pertumbuhan yang dapat
diprediksi.
Pola
pertumbuhannya dibagi dalam tiga fase atau tahapan. Fase proliferatif atau masa
pertumbuhan secara cepat terjadi pada 6-12 bulan. Kemudian terjadi proses
penyusutan di usia 1-7 tahun, diakhiri pada tahap tidak akan tumbuh lagi. Tumor
tersebut akan mengalami kemunduran secara komplet pada sekitar 50 persen anak
di usia 5 tahun dan 70 persen di usia 7 tahun.
Hemangioma
3-5 kali lebih sering terjadi pada perempuan ketimbang laki-laki. Tumor jinak
pembuluh darah ini juga lebih sering terjadi pada anak kembar. Hemangioma
biasanya tidak diturunkan. Meski begitu, sekitar 10 % dari bayi dengan
hemangioma memiliki riwayat keluarga dengan tanda lahir tersebut.
Rata-rata
usia saat hemangioma muncul adalah dua minggu setelah lahir. Namun, pada
hemangioma tipe dalam, tidak bisa dilihat hingga bayi berusia 2-4 bulan. Pada sepertiga bayi, tanda awal hemangioma
bisa diamati saat mereka berada di ruang perawatan anak. Yang perlu
diperhatikan, hemangioma tidak muncul saat dewasa.
Tumor yang
berada dekat permukaan kulit disebut hemangioma superfisial. Kerap terlihat
seperti pola merah terang yang timbul, kadangkala dengan permukaan bertekstur
(kadang disebut hemangioma stroberi karena berwarna merah seperti buah
stroberi).
Lokasi
hemangioma, hampir 60 % berada di sekitar kepala dan leher. Sekitar 25% berada
di tubuh dan 15 % terdapat di lengan atau kaki. Hemangioma juga bisa muncul di
lapisan bawah kulit ataupun organ dalam tubuh seperti hati, saluran pencernaan,
dan otak.
5.
Komplikasi
a)
Perdarahan
b)
Trombositopeni
c)
Infeksi sekunder
d)
Bekas luka, gangguan penglihatan dan fungsi organ,
masalah psikososial.
6.
Penatalaksanaan
a)
Konservatif,
dibiarkan menghilang sendiri.
b)
Lesi yang menganggu estetika dapat dihilangkan
dengan laser. Hemangioma yang besar harus terus dipantau.
c)
Operasi
pembedahan
d)
Injeksi kortikosteroid, untuk menghambat pertumbuhan
hemangioma
e)
Pembekuan dengan nitrogen cair atau elektrokoagulasi
f)
Antibiotik
bila terjadi infeksi
7.
Diagnosis banding
Bercak
mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.
1.
Pengertian
Adalah warna kuning pada kulit konjungtiva, dan mukosa
akibat penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubunemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya karena ikterus
atau ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
2.
Jenis
a)
Ikterus fisiologis
Adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari
ketiga yang tidak mempunyai dasar patologik, kadar yang membahayakan atau
mempunyai potensi menjadi kern ikterus dan tidak menyebabkan morbiditas.
b). Ikterus patologis
1)
Ikterus patologis adalah ikterus yang dijumpai 24 jam
pertama setelah lahir dengan bilirubin yang meningkat lebih dari 5 mg %
perhari.
2)
Kadar diatas 12,5 mg % pada bayi matur atau 10 mg %
pada bayi premature dan menetap setelah minggu pertama kelahiran selain itu
juga ikterus dengan bilirubin langsung diatas 1 mg setiap waktu.
3)
Ikterus ini ada hubungannya dengan penyakit hemolitik,
infeksi dan sepsis dan memerlukan penanganan dan perawatan khusus.
3.
pada Etiologi
1)
Produksi bilirubin yang berlebihan
2)
Gangguan dalam proses up take dan konjugasi hepar
3)
Gangguan transportasi
4)
Gangguan dalam sel otak
4.
Tanda dan
Gejala
a)
Ikterus fisiologis
1.
Disebabkan karena belum matangnya metabolisme bilirubin
dan transpfortasi pada bayi baru lahir yang berhubungan dengan kenaikan masa
bilirubin dari pemecahan sel darah merah. Warna kuning akan timbul pada hari ke
2 atau hari ke 3 dan tampak jelas pada hari
ke 5 - 6 mengilang pada hari ke 10.
2.
Kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih
dari 12 mg/dl dan BBLR 10 mg/dl dan akan abnormal pada hari ke 14.
b)
Ikterus patologis
1.
Ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum
bilirubin total lebih dari 12 mg/dl
2.
Peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dari 24
jam
3.
Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bayi
kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg % pada
bayi cukup bulan
4.
Ikterus yang disertai proses hemolisis
(inkompatibilitas darah, defisiensi enzim G-6-PD dan sepsis)
5.
Ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari
6.
Bayi cukup bulan dan lebih dari 14 hari pada BBLR
c)
Keadaan yang menimbulkan ikterus patologis:
1.
Penyakit hemolitik, iso antibody karena ketidakcocokan
golongan darah ibu dan anak seperti Rhesus antagonis, ABO
2.
Kelainan dalam sel darah seperti pada defisiensi G-6-PD
(Glukosa-6-Fosfat dehidrokinase), talasemia
3.
Hemolisis : Hematoma, polisetemia, perdarahan karena
trauma lahir
4.
Infeksi : Septisemia, meningitis, infeksi saluran
kemih, toksoplasmosis, sifilis, rubella, dan hepatitis.
5.
Kelainan metabolik : Hipoglikemia, galaktosemia
6.
Obat-obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan
albumin seperti sulfonamide salisilat, sodium bensoat, gentamisin.
7.
Pirau entheropatik yang meninggi, obtruksi usus letak
tinggi, hischprung, stenosisplorik, mikonium illius.
5.
Derajat
Ikterus
Penilaian kadar bilirubin
Pengamatan ikhterus kadang-kadang agak sulit
apalagi dalam cahaya buatan. Paling baik pengamatan dilakukan dalam cahaya
matahari dan dengan menekan sedikit kulit yang akan diamati untuk menghilangkan
warna karena pengaruh sirkulasi darah.
Ada beberapa cara untuk menentukan derajat ikterus
yang merupakan resiko terjadinya kern-ikhteru, misalnya kadar bilirubin
bebas, kadar bilirubin 1 dan 2, atau secara klinis (Kramer) dilakukan di bawah
sinar biasa (day light). sebaiknya penilaian ikterus dilakukan secara
laboratorium, apabila fasilitas tidak memungkinkan dapat dilakukan secara
klinis(Abdul Bari Saefudin, 2002 : 382).
Rumus
Kramer
Daerah
|
Luas ikhterus
|
Kadar bilirubin (mg %)
|
1
|
Kepala dan leher
|
5
|
2
|
Daerah 1
(+)
Badan bagian atas
|
9
|
3
|
Daerah 1, 2
(+)
Badan bagian bawah dan tungkai
|
11
|
4
|
Daerah 1, 2, 3
(+)
Lengan dan kaki dibawah dengkul
|
12
|
5
|
Daerah 1, 2, 3, 4
(+)
Tangan dan kaki
|
16
|
(Abdul Bari Saefudin,
2002 : 383)
Contoh 1 :
Kulit bayi kuning di kepala, leher dan badan bagian atas, berarti bilirubin kira-kira
9 mg %.
Contoh 2 :
Kulit bayi kuning seluruh badan sampai kaki dan tangan, berarti jumlah bilirubin
≥ 15 mg %.
6.
Penatalaksanaan
ü Pendekatan
menetukan kemungkinan penyebab, atau pendekatan yang dapat memenuhi kebutuhan .
ü
Kadar bilirubin serum berkala : darah tepi
lengkap, golongan darah ibu dan bayi. uji coombs. pemeriksaan penyaringan
defisiensi enzim G-6-PD.
7.
Cara pencegahan :
a)
Pengawasan antenatal yang baik
b)
Menghindari obat yang meningkatkan ikterus pada bayi pada masa kehamilan
dan kelahiran, misalnya sulfafurasol, novobiosin, oksitosin, dll.
c)
Pencegahan dan pengobatan hipoksia pada janin dan neonatus
d)
Pencegahan
fenobarbital pada ibu 1-2 hari sebelum partus
e)
Pemberian makanan yang dini
f)
Pencegahan infeksi
g)
Pemberian ASI yang adekuat
h)
Anjurkan ibu menyusui sesuai dengan keinginan bayinya,
paling tidak setiap 2-3 jam
i)
Jemur bayi dalam keadaan telanjang dengan sinar
matahari pukul 7-9 pagi
8.
Komplikasi terapi sinar (fototherapi)
a)
Terjadi dehidrasi karena pengaruh lampu sehingga
mengakibatkan peningkatan insensible water loos (penguapan air). Pada BBLR
meningkat 2-3 kali lebih besar
b)
Frekuensi defikasi meninhgkat sebagai akibat
meningkatnya bilirubin indirek dalam cairan empedu dan meningkatnya peristaltik
usus
c)
Timbul kelainan kulit, sementara pada daerah yang
terkena sinar (kulit kemerahan) tetapi akan hilang bila terapi selesai
d)
Gangguan
retina bila mata tidak tertutup.
e)
Kenaikan
suhu akibat sinar lampu. Jika ini terjadi sebagian lampu mati, tetapi
diteruskan. Jika suhu terus naik lampu dimatikan semua untuk sementara.
f)
Komplikasi pada gonad yang menurut dugaan dapat
menimbulkan kelainan (kemandulan) tetapi belum ada bukti.
9.
Tranfusi Tukar (EXCHANGE TRANSFUSION)
Transfusi tukar dilakukan pada keadaan
hiperbilirubinemia yang tidak dapat diatasi dengan tindakan lain, misalnya
telah diberikan terapi sinar tetapi kadar bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya
transfusi tukar dilakukan pada ikhterus yang disebabkan oleh hemolisis yang
terdapat pada ketidakselarasan Rhesus, ABO, infeksi Toxoplasmosis.
Indikasi
untuk melakukan transfusi ialah :
1)
Kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg %
2)
Peningkatan
kadar bilirubin indirek cepat yaitu 0,3-1 mg % per jam
3)
Anemia
berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung
4)
Bayi
dengan kadar hemoglobin tali pusat kurang 14 mg % dan,
5)
Uji
Coomb positif.
Tujuan transfusi tukar ialah:
1)
Mengganti
eritrosit yang dapat menjadi hemolisis
2)
Membuang
antibodi yang menyebabkan hemolisis
3)
Menurunkan
kadar bilirubin indirek dan,
4)
Memperbaiki
anemia.
Transfusi tukar dilakukan oleh dokter didalam
kamar yang antiseptik(Ngastiyah, 2005 :278).
1.
MUNTAH
a)
Pengertian
Keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi
lambung yang terjadi setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung.
b)
Penyebab
1). Kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi
lambung, atresia esoifagus, atresia stenosis, hischprung tekanan intrakanial yang tinggi, cara memberi
makanan atau minuman yang salah.
2). Pada masa neonatus semakin banyak misalnya
faktor infeksi (Tractus urinaris akut, Hepatitis, Peritonitis).
Faktor lain
yaitu infaginasi, kelainan intrakrnial, intoksikasi.
c)
Sifat muntah
1). Keluar cairan terus menerus maka kemungkinan
obstruksi esophagus
2). Muntah
proyektif kemungkinan senosis pylorus
3). Muntah hijau
kekuningan kemungkinan obstruksidi bawah ampula vateri
4). Muntah
segera lahir dan menetap kemungkinan tekanan intrakanial tinggi atau obstruksi
usus.
d)
Penatalaksanaan
1). Pengkajian
faktor penyebab
2). Pengobatan
tergantung penyebabnya
3). Pengobatan
suportif
4). Kaji sifat
muntah
5). Simtomatis
dapat diberi antiemetik
6). Bila adanya kelainan yang sangat penting
segera rujuk ke rumah sakit
e)
Gambaran muntah yang perlu dicurigai sebagai kelainan
bedah :
ü
Muntah hijau (gangguan pada empedu)
ü
Muntah bercampur darah
ü
Muntah disertai penurunan berat badan
f)
Komplikasi :
ü
Kehilangan cairan tubuh/elektrolit sehingga
dapat menyebabkan dehidrasi
ü
Karena sering muntah dan tidak mau makan/minum
dapat menyebabkan ketosis
ü
Ketosis akan menyebabkan asidosis yang akhirnya
bisa menjadi renjatan (syok)
ü
Bila muntah sering dan hebat akan terjadi
ketegangan otot perut, perdarahan, konjungtiva, ruptur, esophagus, infeksi
mediastinum, aspirasi muntah jahitan bisa lepas pada penderita pasca operasi
dan timbul perdarahan.
g)
Penatalaksanaan:
1.
Utamakan penyebabnya
2.
Berikan suasana tenang dan nyaman
3.
Perlakukan bayi/anak dengan baik dan hati-hati
4.
Kaji sifat muntah
5.
Simptomatis dapat diberi anti emetik (atas kolaborasi
dan instruksi dokter)
6.
Kolaborasi untuk pengobatan suportif dan obat anti
muntah (pada anak tidak rutin digunakan) :
ü
Metoklopramid
ü
Domperidon (0,2-0,4 mg/Kg/hari per oral)
ü
Anti histamin
ü
Prometazin
ü
Kolinergik
ü
Klorpromazin
ü
5-HT-reseptor antagonis
ü
Bila ada kelainan yang sangat penting segera
lapor/rujuk ke rumah sakit/ yang berwenang
h) Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakkan secara radiologis yaitu apabila didapatkan
gambaran suatu keadaan kelainan kongenital bawaan seperti obstruksi usus halus,
atresia esophagus dan lain-lain.Selain dengan pemeriksaan radiologis, juga
dapat ditegakkan dengan pemeriksaan uji coba memasukan kateter kedalam lambung.
Diagnosis harus dapat segera dibuat sebelum anak tersedak sewaktu makan dengan
kemungkinan terjadinya aspirasi pneumonia
2.
GUMOH/REGURGITASI
a)
Pengertian
Keluarnya kembali susu yang telah ditelan ketika atau
beberapa saat setelah minum susu dan jumlahnya hanya sedikit
b)
Penyebab
1.
Anak/bayi yang sudah kejang
2.
Anak/bayi yang sudah kenyang
3.
Posisi anak atau bayi yang salah saat menyusui
akibatnya udara masuk kedalam lambung
4.
Posisi botol yang tidak pas
5.
Terburu-buru atau tergesa-gesa dalam menghisap
6.
Kegagalan mengeluarkan udara
c)
Penatalaksanaan
ü
Regurgitasi yang tidak berlebihan merupakan
keadaan yang normal, terutama pada bayi dibawah 6 bulan
ü
Pengobatannya adalah :
1.
Dengan
memperbaiki teknik menyusui/memberikan susu
2. Perbaiki
posisi botol saat menyusui
3. Setelah
menyusui usahakan anak bersendawa
d)
Diagnosis
1. Sebagian besar gumoh terjadi akibat
kebanyakan makan atau kegagalan mengeluarkan udara yang ditelan. Oleh karena
itu, sebaiknya diagnosis ditegakkan sebelum terjadi gumoh. Pengosongan lambung
yang lebih sempurna, dalam batas-batas tertentu penumpahan kembali merupakan
kejadian yang alamiah, terutama salam 6 bulan pertama. Namun, penumpahan
kembali tersebut diturunkan sampai jumlah yang bisa diabaikan dengan
pengeluaran udara yang tertelan selama waktu atau sesudah makan.
2. Dengan menangani bayi secara hati-hati
dengan emghindari konflik emosional serta dalam menempatkan bayi pada sisi
kanan, letak kepala bayi tidak lebih rendah dari badannya. Oleh karena
pengeluaran kembali refleks gastroesofageal lazim ditemukan selama masa 4-6
bulan pertama.
1.
Pengertian
Oral Trush
adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan
kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan
plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyakit ini biasanya
menyerang bayi yang sakit atau lemah, individu dengan kondisi kesehatan buruk,
pasien dengan tanggap imun lemah, serta kurang sering, pasien yang telah
menjalani pengobatan dengan antibiotik. Oral thrush disebut dengan oral
candidiasis atau moniliasis, dan sering terjadi pada masa bayi tetapi seiring
dengan bertambahnya usia, angka kejadian semakin jarang, kecuali pada bayi yang
mendapatkan pengobatan antibiotik.
2.
Etiologi
Pada umumnya oral thrush disebabkan oleh jamur candida
albicans yang ditularkan melalui vagina ibu yang terinfeksi selama
persalinan(saat bayi baru lahir) atau transmisi melalui botol susu dan puting
susu yang tidak bersih, atau cuci tangan yang tidak benar.Oral thrush pada bayi
terjadi 7-10 hari setelah persalinan. Jamur candida albicans bersifat saprofit
sehingga jika daya tahan tubuh bayi turun atau pada pengguna antibiotika yang
lama dapat terjadi pertumbuhan jamur ini secara cepat dan dapat menimbulkan
infeksi berupa oral thrush dan diare, sehingga apabila penggunaan antibiotik
tertentu pada usia dibawah 1 tahun akan mengakibatkan sariawan atau oral thrush
yang menetap. Candida albicans tahan terhadap hampir semua antibiotika yang
biasa dipergunakan dan dapat berkembang sewaktu mikroorganisme lain tertekan.Oral thrush juga dapat terjadi karena
bakteri di dalam mulut karena kurang menjaga kebersihan di mulut. Lesi-lesi
mulut mempunyai konsistensi yang lunak, menonjol, bercak-bercak keputihan yang
menutupi daerah-daerah yang kecil atau luas pada mukosa mulut, bercak bercak
dapat dihapus dan meninggalkan permukaan daging yang berdarahKeadaan ini didukung
oleh abrasi mulut, kurangnya kebersihan mulut, superinfeksi setelah terapi
antibiotika, malnutrisi, cacat imunologi, dan hipoparatiroidisme. Infeksi
berat dapat menyebar menuruni esophagus.
3.
Tanda dan Gejala
a). Tampak bercak keputihan pada mulut, seperti
bekas susu yang sulit dihilangkan
b). Bayi kadang-kadang menolak untuk minum atau
menyusu
c). Mukosa mulut mengelupas
d). Lesi multiple (luka-luka banyak) pada selaput
lendir mulut sampai bibir memutih menyerupai bekuan susu yang melekat, bila
dihilangkan dan kemudian berdarah
e). Bila terjadi kronis maka terjadi
granulomatosa (lesi berbenjol kecil) menyerang sejak bayi sampai anak-anak yang
berlangsung lama hingga beberapa tahun akan menyerang kulit anak.
4.
Komplikasi
Pada bayi baru lahir, apabila oral thrush tidak segera
ditangani atau diobati maka akan menyebabkan kesukaran minum(menghisap puting
susu atau dot) sehingga akan berakibat bayi kekurangan makanan.Oral thrush
tersebut dapat mengakibatkan diare karena jamur dapat tertelan dan menimbulkan infeksi
usus yang bila dibiarkan dan tidak diobati maka bayi akan terserang diare.
Diare juga dapat terjadi apabila masukan susu kurang pada waktu yang lama.
5.
Penatalaksanaan
a. Medik
Memberikan obat antijamur, misalnya :
1)
Miconazol : mengandung miconazole 25 mg per ml, dalam
gel bebas gula. Gel miconazole dapat diberikan ke lesi setelah makan.
2) Nystatin : tiap pastille mengandung
100.000 unit nistatin. Satu
pastille harus dihisap perlahan-lahan 4 kali sehari selama 7-14 hari. Pastille
lebih enak daripada sediaan nistatin lain. Nistatin ini mengandung gula.
b. Keperawatan
Masalah dari oral thrush pada bayi adalah bayi akan
sukar minum dan risiko terjadi diare. Upaya agar oral thrush tidak terjadi pada
bayi adalah mencuci bersih botol dan dot susu, setelah itu diseduh dengan air
mendidih atau direbus hingga mendidih (jika botol tahan rebus) sebelum dipakai.
Apabila di bangsal bayi rumah sakit, botol dan dot dapat disterilkan dengan
autoclaff dan hendaknya setiap bayi menggunakan dot satu-satu atau
sendiri-sendiri tetapi apabila tidak memungkinkan atau tidak cukup tersedia
hendaknya setelah dipakai dot dicuci bersih dan disimpan kering, ketika akan
dipakai seduh dengan air mendidih. Bayi lebih baik jangan diberikan dot kempong
karena selain dapat menyebabkan oral thrush juga dapat mempengaruhi bentuk
rahang.Jika bayi menetek atau menyusu ibunya, untuk menghindari oral thrush
sebelum menyusu sebaiknya puting susu ibu dibersihkan terlebih dahulu atau ibu
hendaknya selalu menjaga kebersihan dirinya.Adanya sisa susu dalam mulut bayi
setelah minum juga dapat menjadi penyebab terjadinya oral thrush jika kebetulan
ada bakteri di dalam mulut. Untuk menghindari kejadian tersebut, setiap bayi
jika selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh air matang untuk membilas sisa
susu yang terdapat pada mulut tersebut.Apabila oral thrush sudah terjadi pada
anak dan sudah diberikan obat, selain menjaga kebersihan mulut berikanlah
makanan yang lunak atau cair sedikit-sedikit tetapi frekuensinya sering dan
setiap habis makan berikan air putih dan usahakan agar sering minum.Oral thrush
dapat dicegah dengan selalu menjaga kebersihan mulut dan sering-seringlah minum
apalagi sehabis makan.
6.
Pencegahan
a.
Menghindari/menghilangkan faktor predisposisi
b.
Setiap bayi selesai minum susu berikan 1-2 sendok teh
air matang untuk membilas sisa susu dalam mulut bayi
c.
Pemeliharaan kebersihan mulut dan perawatan payudara
1.
Pengertian
Diaper rash
adalah merupakan akibat karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan
yang tidak baik.
2.
Penyebab
a.
Kebersihan kulit yang tidak terjaga
b.
Jarang ganti popok setelah bayi/anak kencing
c.
Udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab
d.
Akibat mencret
e. Reaksi kontak terhadap karet, plastik,
deterjen
3.
Tanda dan
gejala
a.
Iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai
erythema
b. Erupsi pada daerah kontak yang menonjol,
seperti : pantat, alat kemaluan, perut bawah, paha atas
c. Keadaan lebih parah bisa terdapat : papilla erythematosa, vesicular dan ulcerasi
4.
Penatalaksanaan
d. Menjaga kebersihan dan kelembaban daerah
kulit bayi, terutama didaerah alat kelamin, bokong, lipatan selangkangan
e. Daerah yang terkena iritasi tidak boleh
dalam keadaan basah (terbuka dan tetap kering)
f. Menjaga kebersihan pakaian danperlengkapan
g. Setiap BAB dan BAK bayi segera dibersihkan
h. Untuk membersihkan kulit yang iritasi
dengan menggunakan kapas halus yang dioleskan dengan minyak atau sabun mild dan
air hangat
i.
Popok
dicuci dengan detergen yang lembut
j.
Mengangin-anginkan
kulit sebelum pampers baru dipasang dan menggunkan pampers dengan daya serap
yang tinggi dan pas pemakaiannya
k. Menggunakan popok yang tidak terlalu ketat
(terbuka atau longgar) untuk memperbaiki sirkulasi udara.
l.
Posisi
tidur anak diatur supaya tidak menekan kulit yang teriritasi
m. Pengobatan :
ü Mengoleskan
krim dan lotion yang mengandung zinc pada daerah yang sedang meradang
ü Memberikan
salep/krim yang mengandung kortikosteroid 1%
ü Salep
anti jamur dan bakteri (miconazole, ketokonazole, nystatin)
1. Pengertian
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya.Mulai
biasanya dari kulit kepala kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan
badan.Ada yang mengatakan bahwa penyakit radang ini berdasakan gangguan
konstitusionil dan sering terdapat faktor hereditas. Tidak dapat disangkal
bahwa penderita umumnya kulit yang berlemak (seborea), tetapi bagaimana
hubungan antara kelenjar lemak dan penyakit ini sama sekali belum jelas. Ada
yang menganggap bahwa kambuhnya penyakit yang kronis ini adalah akibat makanan
yang berlemak, makanan yangb berkalori tinggi, minuman alkhohol dan gangguan
emosi.
Pada anak
dan bayi biasanya terdapat tipe eritroskuamosa. Efloresensi berupa sisik yang
berlemak dan eritema. Distribusi kelainan pada daerah yang terdapat banyak kelenjar
sebasea dan kepala. Kadang-kadang
juga di daerah intertriginosa dan sekitar bibir.
2.
Gejala
a.
Semacam
noda berwarna kuning yang berminyak, bersisik, yang kemudian mengeras dan
akhirnya menjadi semacam kerak. Kerak ini sering timbul di kulit kepala (cradle
cap), kadang di alis/bulu mata dan telinga.
b. Exudat
seborrhoic pada kulit kepala (masalah kosmetik)
3. Pengobatan :
a. Pengobatan kausal belum diketahui.
b. Diusahakan agar penderita (anak yang
menjelang umur 13 tahun sampai 19 tahun) menghindarkan makanan yang berlemak,
kacang, coklat, seperti pada pengobatan akne vulgaris. Dapat pula diberikan
vitamin B6 dan vitamin B kompleks untuk waktu yang lama.
c.
Topikal : Bila ada infeksi sekunder dan eksudatif
harus dikompres dulu dengan larutan kalium permanganat 1/5.000. Kemudian
diberikan krim yang mengandung asam salisilat (2%), sulfur presipitatus (4%),
vioform (3%) dan hidrokortison (1/2-1%).
Neomisin dan basitrasin ditambahkan bila ada infeksi sekunder. Pada kasus
menahun dapat dicoba pengobatan dengan sinar ultraviolet. Pada daerah kepala
dianjurkan penggunaan shampoo yang tidak berbusa 2-3 kali seminggu dan memakai
krim yang mengandung selenium sulfida
atau Hg-presipitatus albus 2%.
4.
Diagnosis banding
Atopik dermatitis dengan gejala eritema, edema
eksudasi, krusta dan bersisik terutama pada bayi muda.
1.
Definisi
Adalah benjolan besar, merah dan lunak yang terjadi
akibat folikel rambut yang terinfeksi stafilokokus. infeksi kulit yang
disebabkan oleh staphylococcus profunda yang berbentuk nodul-nodul lemak
eritematosa dan letaknya didalam, biasanya daerah muka, pantat, leher, ketiak
dan lain-lain. Nodul ini mengandung cairan yang dalam waktu beberapa hari akan
mengeluarkan bahan nekrotik bernanah. Bentuk-bentuknya yaitu furunkel (boil)
dan karbunkel (furunkel multipel)
2.
Etiologi
a.
Kurangnya kebersihan
b.
Kurang gizi
c.
Udara panas
d.
Tekanan dan gesekan pada kulit
e.
Garukan akibat gatal
3.
Patofisiologi
Daerah yang sering berkeringat (muka, punggung,
lipatan paha, bokong, leher) jika sering digaruk dan terjadi gesekan akan mudah
terinfeksi. Apabila folikel rambut terinfeksi kuman staphylococcus aureus akan
menjadi benjolan berisi nanah. Kemudian timbul ‘mata’ yang berwarna putih dan
kuning. Benjolan akan pecah 2-3 hari atau sembuh tanpa pecah. Karena folikel
rambut berdekatan, dapat muncul beberapa buah bisul.
4.
Komplikasi Furunkel
Nyeri, Infeksi lebih lanjut.
5.
Penatalaksanaan
Furunkel
a.
Jaga
kebersihan diri, lingkungan dan gizi anak
b.
Jangan memencet, menggaruk benjolan
c.
Cuci kulit dengan spiritus atau larutan 1 sdt garam
dalam segelas air untuk mencegah infeksi, kemudian tutup dengan kassa steril
d.
Krim
antiseptik, cairan antiseptik untuk mandi
e.
Tablet antibiotik jika infeksi menyebar
6.
Diagnosis Banding
Jerawat, impetigo
a.
Definisi
Milia bercak kecil berwarna putih dan berukuran seperti jarum pentul pada
hidung dan dagu serta dahi. Menghilang dalam bulan pertama kehidupan. Berasal dari
retensi keratin dan materi sebaseus di dalam folikel pilosebaseus. Dan miliaria
adalah vesikula berukuran seperti jarum khususnya pada leher dan dada. Biasanya
berkembang pada minggu ke dua dan tiga disebabkan oleh keringat yang tertahan
akibat tersumbatnya kelenjar ekrin. Hindari pakaian yang terlalu tebal dan
udara panas.
b.
Etiologi
Biang keringat bukan merupakan
penyakit kulit yang berbahaya. Akan tetapi, penyakit kulit ini merupkan keluhan
umum yang sering ditemukan pada bayi dan balita. Biang keringat banyak diderita
bayi didaerah tropis karena produksi keringat yang berlebihan, sementara
saluran kelenjar keringatnya tersumbat. Produksi yang berlebihan dapat
disebabkan oleh udara panas, ventilasi kurang, pakaian yang dikenakan terlalu
tebal dan ketat
c.
Gejala
Gejala-gejala
biang keringat yang sering muncul sebagai berikut :
1) Bintik-bintik merah (ruam) pada leher dan
ketika bayi. Keadaan ini disebabkan peradangan kulit pada bagian tersebut.
Penyebabnya adalah proses pengeringan yang tidak sempurna saat di lap dengan
handuk setelah bayi dimandikan. Apalagi jika si bayi gemuk sehingga leher dan
ketiaknya berlipat-lipat.
2) Biang keringat juga dapat timbul di daerah
dahi dan bagian tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama
ialah gatal-gatal seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang
kemerahan dan gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm). Kondisi ini bisa
kambuh berulang-ulang, terutama jika udara panas dan berkeringat.
d.
Bentuk miliariasis
Miliaria kristalina
·
Kelainan kulit berupa gelembung kecil 1-2 mm
berisi cairan jernih disertai kulit kemerahan
·
Vesikel bergerombol tanpa tanda radang pada
bagian pakaian yang tertutup pakaian
·
Umumnya tidak menimbulkan keluhan dan sembuh
dengan sisik halus
·
Pada keadaan histopatologik terlihat gelembung
intra/subkorneal
·
Asuhan : pengobatan tidak diperlukan,
menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik serta menggunakan
pakaian yang menyerap keringat.
Miliaria rubra
·
Sering dialami pada anak yang tidak biasa tinggal
didaerah panas
·
Kelainan berupa papula/gelembung merah kecil dan
dapat menyebar atau berkelompok dengan rasa sangat gatal dan pedih
·
Staphylococcus juga diduga memiliki peranan
·
Pada gambaran histopatologik gelembung terjadi
pada stratum spinosum sehingga menyebabkan peradangan pada kulit dan perifer
kulit di epidermis
·
Asuhan : gunakan pakaian yang tipis dan menyerap
keringat, menghindari udara panas yang berlebihan, ventilasi yang baik, dapat
diberikan bedak salicyl 2% dibubuhi menthol 0,25-2%
Miliaria profunda
·
Timbul setelah miliaria rubra
·
Papula putih, kecil, berukuran 1-3 mm
·
Terdapat terutama di badan ataupun ekstremitas
·
Karena letak retensi keringat lebih dalam maka
secara klinik lebih banyak berupa papula daripada vesikel
·
Tidak gatal, jarang ada keluhan, tidak ada dasar
kemerahan, bentuk ini jarang ditemui
·
Pada keadaan histopatologik tampak saluran
kelenjar keringat yang pecah pada dermis bagian atas atau tanpa infiltrasi sel
radang
·
Asuhan : hindari panas dan lembab berlebihan,
mengusahakan regulasi suhu yang baik, menggunakan pakaian yang tipis, pemberian
losio calamin dengan atau tanpa menthol 0,25% dapat pula resorshin 3% dalam
alkohol
e.
Pencegahan
Pada dasarnya, biang keringat pada
bayi dapat dicegah dengan cara-cara berikut :
1)
Segera keringkan tubuh bayi dengan kain yang lembut
jika terlihat tubuhnya basah oleh keringat
2)
Pada cuaca panas, taburkan bedak atau cairan khusus
untuk mendinginkan kulit, sekaligus menyerap keringat
3) Mengganti segera baju bayi yang basah oleh
keringat atau kotoran
4) Mengkondisikan ruangan ventilasi udara
yang cukup, terutama di kota-kota besar yang panas dan pengap
5) Mengupayakan agar kamar bayi diberi
jendela sehingga pertukaran udara dari luar ke dalam lancar
6) Memandikan bayi secara teratur 2 kali
sehari
7) Menghindarkan pakaian yang tidak menyerap
keringat
f.
Asuhan/Pengobatan
Biang
keringat dapat diobati dengan cara diberi bedak tabur tau kocok. Jika sudah
terinfeksi secara sekunder, harus diobati dengan antibiotik atau antijamur.
1.
Definisi
Adalah suatu keadaan frekuensi BAB > 4x pada bayi
atau >3x pada anak dengan konsisitensi tinja cair dan atau tanpa lendir atau
darah.
2.
Jenis diare
·
Diare akut, feses sering dan cair, tanpa darah,
berakhir <7 hari, muntah, demam
·
Disentri, terdapat darah dalam feses, sedikit-sedikit/sering,
sakit perut, sakit pada saat BAB, anoreksia, kehilangan BB, kerusakan mukosa
usus
·
Diare persisten, berakhir selama 14 hari/lebih,
dapat dimulai dari diare akut ataupun disentri
3.
Etiologi
a.
Infeksi
1)
Enteral traktus digestivus
2)
Bakteri : E. Coli, Salmonella, Shigella, clostrisium
3)
Virus : Rotavirus, Adenovirus
4)
Parasit : Candida, Entamuba, Tricruris, Ascariasis
5)
Parenteral : brpn, oma, ensefalitis,
tonsilofaringitis
a.
Malabsorbsi : karbohidrat, ex : intoleransi laktosa,
lemak, protein
c.
Makanan : basi,beracun, alergi makanan
d. Penyakit pada usus : colitis
ulseratif, enterocolitis
e.
Psikologis : takut, cemas
4.
Faktor resiko
a.
Tidak adekuat air bersih
b.
Pencemaran air oleh tinja
c.
Sarana mck
d.
Higience lingkungan
e.
Iklim : rotavirus, bakteri
f.
Cara penyapihan yang tidak baik : penyapihan dini, pmt
dini
g. Kondisi
host lemah : higience, malnutrisi, bblr, imunosupresi
h.
Gangguan osmotik
5.
Patofisiology
a.
Akibat makanan yang tidak dapat diserap/ dicerna ex :
laktosa dari susu, merpukan makanan yang baik bagi bakteri
b. Difermentasi oleh bakteri anaerob
menjadi molekul kecil : H2O, CO2, H2
c.
Peningkatan tekanan osmotik dalam lumen usus
d.
Mmenyerap cairan dari intraseluler ke ekstraseluler
e.
Hiperperistaltik
f.
Diare
6.
Gangguan skretorik
a.
Bakteri mengeluarkan toksin
b.
Peningkatan amp siklik
c.
Merangsang sekresi k, cl, na, h2o, dari intraseluler
d. Menghambat absorbsi dari ekstraseluler ke
intraseluler
e.
Hipersekresi
f.
Hiperperistaltik
g.
Diare
7.
Gangguan peristaltik
a.
Makanan yang merangsang
b.
Meningkatkan peristaltik usus
c.
Diare
d.
Menurunnya intake dan peningkatan
e.
Hilangnya cairan intra dan ekstrasel / dehidrasi
f. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit, asam basa
g.
Syok hipoglikemi
8.
Gejala klinis
a. Mula-mula pasien gelisah, suhu tubuh
meningkat, anoreksia, lalu timbul diare
b. BAB cair disertai lendir atau darah
c. Warna tinja : dapat hijau, berbau asam
oleh karena asam laktat yang tidak dpt dicerna
d. Muntah sebelum/setelah diare oleh karena
lambung ikut meradang
e.
Dehidrasi oleh karena kehilangan cairan
f.
Pada diare berat dapat terjadi renjatan : tekanan darah
turun, pernafasan cepat, takikardi dan nadi kecil, keadaan umum lemah,
kesadaran turun, oleh karena kehilangan cairan
g.
Oliguria s/d anuria
h. Asidosis
metabolic
9.
Komplikasi
a.
Dehidrasi
b.
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit,
hipokalemia, hipoglikemia
c.
Syok hipovolemik
d.
Asidosis metabolik
e.
Kejang
f. Intoleran
sekunder oleh karena kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactase
10. Asuhan
kebidanan
Pengkajian
a.
Subjektif
1)
Kaji riwayat diare, BAB, jumlah, warna, konsistensi,
bau, waktu BAB.
2)
Kaji intake output, muntah
b.
Objektif
1) Kaji status hidrasi : ubun-ubun, mata,
turgor kulit, membran mukosa mulut.
2)
Vital sign, berat badan
11. Analisa
dan tindakan
Kurangnya volume cairan
a.
Memberikan rehidrasi oral atau parenteral
b.
Asi tetap dilanjutkan(kecuali bila tidak toleran
terhadap asi formula rendah laktosa)
c.
Anjurkan banyak minum, PMT tetap diberikan sesuai usia
d.
Monitor intake output
e. Kaji tanda-tanda dehidrasi, vital sign
f. Pemberian obat antidiare dan antibiotika
(berdasarkan kepmenkes : obat sebagai pertolongan pertama / sementara)
g. Segera rujuk bila diare bertambah atau
terjadi komplikasi lanjut
12. Gangguan
integritas kulit
a.
Kaji kerusakan kulit
b. Anjurkan untuk menggunakan kapas lembab
untuk membersihkan anus
c. Hindari
pakaian yang lembab
13. Resiko
penularan
a.
Anjurkan cuci tangan sebelum dan sesudah merawat anak
b. Segera membersihkan bekas BAB tempatkan
ditempat khusus
c. Isolasi enterik (standart pencegahan
infeksi enteral)
14. Kecemasan
orang tua
a.
Dengarkan keluhan anak atau ortu
b.
Pahami tumbang anak
c. Gunakan komunikasi terapeutik sesuai tahap
tumbang
d.
Empati, berikan sentuhan terapeutik
e.
Jelaskan tentang penyakit, rencana tindakan atau
perawatan
f. Jelaskan cara mencegah infeksi dengan
menjaga kebersihan diri dan lingkungan
g. Libatkan orang tua dalam perawatan anak
1.
Definisi
Sembelit atau konstipasi atau obstipasi merupakan masalah yang umum
terjadi pada bayi dan anak-anak dan bersifat normal. Tanda adanya kondisi yang
lebih serius apabila disertai muntah, berat badan slit naik, demam dan berat
badan sulit naik.
2.
Penyebab
Faktor non
organik
ü Kurang
makanan yang tinggi serat
ü Kurang
cairan
ü Obat/zat
kimiawi
ü Kelainan
hormonal/metabolik
ü Kelainan
psikososial
ü Perubahan
mikroflora usus
ü Perubahan/kurang
exercise
Faktor organik
ü Kelainan
organ (mikrocolon, prolaps rectum, struktur anus, tumor)
ü Kelainan
otot dasar panggul
ü Kelainan
persyarafan : M. Hirsprung
ü Kelainan
dalam rongga panggul
ü Obstruksi
mekanik : atresia ani, stenosis ani, obstruksi usus
3.
Tanda dan gejala
a.
Frekuensi BAB kurang dari normal
b.
Gelisah, cengeng, rewel
c.
Menyusu/makan/minum kurang
d.
Fese keras
4.
Pemeriksaan penunjang
a.
Laboratorium (feses rutin, khusus)
b.
Radiologi (foto polos, kontras dengan enenma)
c.
Manometri
d.
USG
5.
Penatalaksanaan
ü Banyak
minum
ü Makan
makanan yang tinggi serat (sayur dan buah)
ü Latihan
ü Cegah
makanan dan obat yang menyebabkan konstipasi
ü ASI
lebih baik dari susu formula
ü Enema
perotal/peranal
ü Kolaborasi
untuk intervensi bedah jika ada indikasi
ü Perawatan
kulit peranal
1.
Definisi
Infeksi
pada neonatus di negeri kita masih merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta
terutama di RSCM, infeksi merupakan 10-15 % dari morbiditas perinatal. Hal ini
mungkin disebabkan RSCM Jakarta adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan
sekitar.
Infeksi
pada neonatus lebih sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan
pada bayi yang lahir di rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang
lahir di luar rumah sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas
trans plasenta terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi
terpapar pada kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari
ibu lain. Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai
imunitas.
2.
Patogenesis
Infeksi
pada neonatus dapat melalui beberapa cara. Blanc (1961) membaginya dalam 3
golongan, yaitu :
a. Infeksi
antenatal
Kuman
mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta. Disini kuman itu melalui
batas plasenta dan menyebabkan intervilositis. Selanjutnya infeksi melalui
sirkulasi umbilikus dan masuk ke janin. Kuman yang daapt menyerang janin
melalui jalan ini ialah :
1). Virus, yaitu rubella, poliomyelitis, coxsackie, variola, vaccinia,
cytomegalic inclusion,
2). Spirokaeta,yaitu
treponema palidum (lues)
3). Bakteri jarang sekali dapat
melalui plasenta kecuali E.coli dan Listeria monocytogenes.
Tuberkulosis
kongenital dapat terjadi melalui infeksi plasenta. Fokus pada plasenta pecah ke
cairan amnion dan akibatnya janin mendapat tuberkulosis melalui inhalasi cairan
amnion tersebut.
b. Infeksi
intranatal
Infeksi melalui jalan ini lebih sering terjadi
daripada cara lain. Mikroorganisme dari vagina naik dan masuk ke dalam rongga
amnion setelah ketuban pecah.Ketuban pecah lama (jarak waktu antara pecahnya
ketuban dan lahirnya bayi lebih dari 12 jam) mempunyai peranan penting terhadap
timbulnya plasentitis dan amnionitis.Infeksi dapat pula terjadi walaupun
ketuban masih utuh misalnya pada partus lama dan seringkali dilakukan
manipulasi vagina.Infeksi janin terjadi dengan inhalasi likuor yang septik
sehingga terjadi pneumonia kongenital.Selain itu infeksi dapat menyebabkan
septisemia. Infeksi intranatal daapt juga melalui kontak langsung dengan kuman
yang berasal dari vagina misalnya blenorea dan ‘oral trush’
c. Infeksi
pascanatal
Infeksi ini terjadi sesudah bayi baru lahir lengkap.
Sebagian besar infeksi yang berakibat fatal terjadi sesudah lahir sebagai
akibat kontaminasi pada sat penggunaan alat atau akibat perawatan yang tidak
steril atau sebagai akibat infeksi silang. Infeksi pascanatal ini sebetulnya
sebagian besar dapat dicegah.Hal ini penting sekali karena mortalitas infeksi pascanatal
ini sangat tinggi.Seringkali bayi mendapat infeksi dengan kuman yang sudah
tahan terhadap semua antibiotika sehingga pengobatannya sulit.
Diagnosis infeksi perinatal sangat penting, yaitu
disamping untuk kepentingan bayi itu sendiri, tetapi lebih penting lagi untuk
kamar bersalin dan ruangan perawatan bayinya.Diagnosis infeksi perinatal tidak
mudah.Tanda khas seperti yang terdapat bayi lebih tua seringkali tidak
ditemukan.Biasanya diagnosis dapat ditegakkan dengan observasi yang teliti dan
akhirnya dengan pemeriksaan fisis dan laboratorium.Seringkali diagnosis
didahului oleh persangkaan adanya infeksi, kemudian berdasarkan persangkaan itu
diagnosis dapat ditegakkan dengan pemeriksaan selanjutnya.
Infeksi pada neonatus cepat sekali menjalar menjadi infeksi
umum, sehingga gejala infeksi lokal tidak menonjol lagi.Walaupun demikian
diagnosis dini dapat ditegakkan kalau kita cukup waspada terhadap kelainan
tingkah laku neonatus, yang seringkali merupakan tanda permulaan infeksi umum.
Neonatus, terutama BBLR yang dapat tetap hidup selama 72 jam pertama dan bayi
tersebut tidak menderita penyakit atau kelainan kongenital tertentu, namun
tiba-tiba tingkah lakunya berubah, hendaknya harus selalu diingat bahwa
kelainan tersebut mungkin sekali
disebabkan oleh infeksi (Hutchinson, 1972). Gejala infeksi pada neonatus
biasanya tidak khas seperti yang terdapat pada bayi yang lebih tua atau pada
anak.Beberapa gejala yang dapat disebutkan diantaranya ialah malas minum,
gelisah atau mungkin tampak letargis, frekuensi pernafasan meningkat, berat
badan tiba-tiba turun, pergerakan kurang, muntah dan diare.Selain itu dapat
terjadi edema, sklerema, purpura atau perdarahan, ikterus, hepatosplenomegali
dan kejang.Suhu tubuh dapat
meninggi, normal atau dapat pula kurang dari normal. Pada bayo BBL seringkali
terdapat hipotermia dan sklerema. Umumnya dapat dikatakan bila bayi itu ‘not
doing well’ kemungkinan besar ia menderita infeksi.
3.
Pembagian infeksi perinatal
Infeksi pada neonatus dapat dibagi menurut
berat ringannya dalam 2 golongan besar, yaitu infeksi berat dan infeksi ringan
:
a.
Infeksi berat (‘major infections’)
Diantaranya adalah : sepsis neonatal, meningitis, pneumonia, diare
epidemik, pielonefritis, osteitis akut, tetanus neonatorium.
b.
Infeksi ringan (‘minor infections’)
Diantaranya adalah : infeksi pada kulit, oftalmia neonatorum, infeksi
umbilikus (omfalitis), moniliasis.
4.
Pencegahan
Cara umum :
a.
Pencegahan infeksi neonatus sudah harus dimulai pada
periode antenatal. Infeksi ibu harus diobati dengan baik, misalnya infeksi umum,
leurkorea dan lain-lain. Di kamar bersalin harus ada permisahan yang sempurna
antara bagian yang septik dan bagian yang aseptik. Pemisahan ini mencakup
ruangan, tenaga perawatan dan alat kedokteran serat alat perawatan. Ibu yang
akan melahirkan, sebelum masuk kamar bersalin sebaiknya dimandikan dulu dan
memakai baju khusus untuk kamar bersalin. Pada kelahiran bayi, pertolongan
harus dilakukan secara aseptik. Suasana kamar bersalin harus sama dengan kamar
operasi. Alat yang digunakan untuk resusitasi harus steril.
b. Di
bangsal bayi baru lahir harus ada pemisahan
yang sempurna untuk bayi yang baru lahir dengan partus aseptik dan
partus septik. Pemisahan ini harus mencakup personalia, fasilitas perawatan dan
alat yang digunakan. Selain itu haurs terdapat kamar isolasi untuk bayi yang
menderita penyakit menular. Perawat harus mendapat pendidikan khusus dan mutu
perawatan harus baik, apalagi bila bangsal perawatan bayi baru lahir merupakan
suatu bangsal perawatan bayi baru lahir yang bersifat khusus. Sebelum dan
sesudah memegang bayi harus cuci tangan. Mencuci tangan sebaiknya memakai
sabun, antiseptik atau sabun biasa asal saja cukup lama (1 menit). Dalam ruangan harus memakai jubah steril,
masker dan memakai sandal khusus. Dalam ruangan bayi tidak boleh banyak bicara.
Bila menderita penyakit saluran pernafasan bagian atas, tidak boleh masuk kamar
bayi.
c. Dapur susu harus bersih dan cara mencampur
susu harus aseptik. Pengunjung yang mau melihat bayi harus memakai masker dan
jubah atau sebaiknya melihat bayi melalui jendela kaca. Air susu ibu yang
dipompa sebelum diberikan pada bayi harus dipasteurisasi. Setiap bayi harus
mempunyai tempat pakaian sendiri, begitu pula termometer, obat, kasa, dan
lain-lain. Inkubator harus selalu dibersihkan dan lantai ruangan setiap hari
harus dibersihkan dan setiap minggu dicuci dengan menggunakan antiseptikum.
Cara khusus :
a. Pemakaian antibiotika hanya untuk tujuan
dan indikasi yang jelas.
b.
Pada
beberapa keadaan, misalnya ketuban pecah lama (lebih daripada 12 jam), air
ketuban keruh, infeksi sistemik pada ibu, partus yang lama dan banyak
manipulasi intravaginal, resusitasi yang berat, sering timbul keraguan apakah
akan digunakan antibiotika secara profilaksis. Pengguanan antibiotika yang
banyak dan tidak terarah dapat menyebabkan timbulnya ‘strain’
mikroorganisme yang tahan terhadap
antibiotika dan mengakibatkan timbulnya pertumbuhan jamur yang berlebihan,
misalnya Candida Albicans. Sebaliknya kalau terlambat memberikan
antibiotika pada penyakit infeksi neonatus, sering berakibat kematian.
Berdasarkan hal di atas dapat dipakai kebijaksanaan
sebagai berikut :
a)
Bila kemampuan pengawasan klinis dan laboratorium cukup
baik, sebaiknya tidak perlu memberikan antibiotika profilaksis. Antibiotika
baru diberikan kalau sudak terdapat tanda infeksi.
b)
Bila kemampuan tersebut tidak ada, kiranya dapat
dipertanggungjawabkan pemberian antibiotika profilaksis berupa ampisilin 100 mg/kgbb/hari dan
gentamisin 3-5 mg/kgbb/hari selama 3-5 hari.
5.
Pengobatan
a. Memberikan antibiotika spektrum luas
sambil menunggu biakan daarh dan uji resistensi. Antibiotika yang menjadi
pilihan pertama ialah sefalosporin (sefotaksim) dengan dosis 200 mg/kgbb/hari
intravena dibagi dalam 2 dosis, dikombinasi dengan amikasin yang diberikan
dengan dosis awal 10 mg/kgBB/hari intravena, dilanjutkan dengan 15 mg/kgBB/hari
intravena atau dengan gentamisin 6 mg/kgBB/hari masing-masing dibagi dalam 2
dosis. Pilihan kedua ialah ampisilin 300-400 mg/kgBB/hari intravena, dibagi
dalam 4 dosis. Pilihan selanjutnya ialah kotrimoksazol 10 mg/kgBB/hari
intravena dibagi dalam 2 dosis selama 3 hari, dilanjutkan dengan dosis 6
mg/KgBB/hari intravena dibagi dalam 2 dosis (dihitung berdasarkan berdasarkan
dosis trimetoprim). Lama pengobatan untuk sepsis neonatal ialah 14 hari. Pada
pemberian antibiotika ini yang perlu mendapat perhatian ialah pemberian
kloramfenikol pada neonatus tidak melebihi 50 mg/kgBB /hari untuk mencegah
terjadinya sindrom ‘Grey baby’ dan pemberian sefalosporin serta kotrimoksazol
tidak dilakukan pada bayi yang berumur kurang dari 1 minggu.
b.
Pemeriksaan laboratorium rutin
c.
Biakan darah dan uji resisten
d. Pungsi lumbal dan biakan cairan
serebrospinalis dan uji reistensi
e. Bila ada indikasi, dapat dilakukan biakan
tinja dan urin
1.
Definisi
Bayi
meninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup secara
teoritis telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur
terlentang’ pada bula Desember tahun 1991 dan berbagai laporan pemerintahan
setelahnya ( DoH 1991,1993, 1995). Posisi miring dianggap lebih dapat diterima
untuk bayi sehat yang di rumah sakit, untuk bayi yang memerlukan pemantauan
fungsi pernafasan atau jantung atau keduanya, tetapi tidak untuk bayi yang di
rumah (Fleming et al 1996). Saat ini diyakini bahwa posisi terlentang sebaiknya
merupakan posisi tidur yang direkomendasikan bagi semua bayi dan harus dimulai
di rumah sakit sebelum pulang (Hunt 1999). Diwajibkan bagi bidan untuk
membiasakan bayi dan mengajari orang tua dalam mengadopsi pendekatan ini
(Willinger et al 2000) mengingatkan bahwa, selain informasi tertulis, terdapat
kebutuhan untuk mengingatkan orang tua secara terus menerus tentang faktor
resiko dan prosedur keamanan (misal posisi tidur kaki-ke-kaki, dan ruangan yang
bebas asap rokok) yang berhubungan dengan SDIS selain mengajari orang tua untuk
menjaga bayi mereka tetap hangat. Namun, selebaran ‘Kurangi resiko kematian di
tempat tidur bayi’ (FSID 1996) dapat menyebabkan kebingungan. Bidan perlu
menjelaskan bagaimana penerapan isu tersebut di keluarga individu dan
mempertimbangkan tahun, usia gestasi dan usia pascanatal saat memindahkan
perawatan ke bidan komunitas. Pelatihan orang tua tentang ‘apa yang sebaiknya
dilakukan jika bayi berhenti bernafas’, menjadi bagian penting persiapan rutin
untuk pemulangan. Tingkat persiapan ini dapat memperdayakan sebagian
orang tua.
2.
Factor-faktor yang mungkin menyebabkan bayi mati
mendadak
1.
Jeda pernafasan karena Apnea dan sianosis yang lama
selama tidur telah diobservasi pada dua bayi yang kemudian dianggap meninggal
karena SIDS dan telah diamati pula adanya obstruksi saluran nafas bagian atas
dengan jeda pernafasan serta bradikardia yang lama pada bayi-bayi dengan SIDS
abortif. Walaupun demikian masih belum pasti apakah apnea sentral atau apnea
obstruktif yang lebih penting daalam terjadinya SIDS
2.
Cacat batang otak karena sedikitnya 2 kepingan bukti telah
mengisyaratkan bahwa bayi-bayi dengan SIDS memiliki abnormalitas pada susunan
saraf pusat.
3.
Fungsi saluran nafas atas yang abnormal, berdasarkan
pada perkembangan dan anatomi, maka bayi yang muda dianggap beresiko tinggi
terhadap saluran pernafasan bagian atas, apakah keadaan ini terjadi pada SIDS
masih belum di ketahui.
4.
Reflek saluran nafas yang hiperreaktif karena masuknya
sejumlah cairan ke dalam laring dapat merangsang timbulnya reflek ini dan di
duga menimblkan apnea, maka di berikan perhatian yang cukup besar akan
kemungkinan reflek gasoesofagus dan aspirasi sebagai mekanisme primer
terjadinya SIDS pada beberapa bayi.
5.
Abnormalita jantung, beberapa ahli mengajukan adanya
ketidakstabilan pada jantung muda, tetapi tidak mendapatkan bukti yang meyakinkan
saa ini untuk menunjukan bahwa aritmia jantung memainkan perana pada SIDS.
3.
Diagnosis
Semakin
banyak bukti bahwa bayi dengan resiko SIDS mempunyai cacat fisiologik sebelum
lahir. Pada neonatus dapat di temukan nilai apgar yang rendah dan abnormalitas
control respirasi, denyut jantung dan suhu tubuh, serta dapat pula mengalami
retardasi pertumbuhan pasca natal.
4.
Pencegahan SIDS
1. Selalu
letakkan bayi Anda dalam posisi terlentang ketika ia sedang tidur, walaupun
saat tidur siang. Posisi ini adalah posisi yang paling aman bagi bayi yang
sehat untuk mengurangi risiko SIDS.
2. Jangan
pernah menengkurapkan bayi secara sengaja ketika bayi tersebut belum waktunya
untuk bisa tengkurap sendiri secara alami.
3. Gunakan
kasur atau matras yang rata dan tidak terlalu empuk. Penelitian menyimpulkan
bahwa risiko SIDS akan meningkat drastis apabila bayi diletakkan di atas kasur
yang terlalu empuk, sofa, bantalan sofa, kasur air, bulu domba atau permukaan
lembut lainnya.
4. Jauhkan
berbagai selimut atau kain yang lembut, berbulu dan lemas serta mainan yang
diisi dengan kapuk atau kain dari sekitar tempat tidur bayi Anda. Hal ini untuk
mencegah bayi Anda terselimuti atau tertindih benda-benda tersebut.
5. Pastikan
bahwa setiap orang yang suka mengurus bayi Anda atau tempat penitipan bayi
untuk mengetahui semua hal di atas. Ingat setiap hitungan waktu tidur
mengandung risiko SIDS.
6. Pastikan
wajah dan kepala bayi Anda tidak tertutup oleh apapun selama dia tidur. Jauhkan
selimut dan kain penutup apapun dari hidung dan mulut bayi Anda.
7. Pakaikan
pakaian tidur lengkap kepada bayi Anda sehingga tidak perlu lagi untuk
menggunakan selimut. Tetapi seandainya tetap diperlukan selimut sebaiknya Anda
perhatikan hal-hal berikut ini: Pastikan kaki bayi Anda berada di ujung
ranjangnya, Selimutnya tidak lebih tinggi dari dada si bayi,Ujung bawah selimut
yang ke arah kaki bayi, Anda selipkan di bawah kasur atau matras sehingga
terhimpit.
8. Jangan
biarkan siapapun merokok di sekitar bayi Anda khususnya Anda sendiri. Hentikan
kebiasaan merokok pada masa kehamilan maupun kelahiran bayi Anda dan pastikan
orang di sekitar si bayi tidak ada yang merokok.
9. Jangan
biarkan bayi Anda kepanasan atau kegerahan selama dia tidur. Buat dia tetap
hangat tetapi jangan terlalu panas atau gerah. Kamar bayi sebaiknya berada pada
suhu yang nyaman bagi orang dewasa. Selimut yang terlalu tebal dan
berlapis-lapis bisa membuat bayi Anda terlalu kepanasan.
10. Temani bayi
Anda saat ia tidur. Jangan pernah ditinggal-tinggal sendiri untuk waktu yang
cukup lama.
Beberapa penyakit atau masalah yang lazim diderita oleh
neonates, bayi dan balita yaitu : bercak mongol, hemangioma, ikterik, muntah
dan gumoh, oral trush, diaper rush, seborrhea, bisulan, miliariasis, diare,
obstipasi, infeksi, dan bayi meninggal mendadak.
1. Bercak
mongol yaitukelainan ini berupa bercak
kebiruan, kehitaman, atau kecoklatan yang lebar, difus, terdapat didaerah
bokong atau lumbosakral yang dapt menghilang setelah beberapa bulan atau tahun
yang tidak memerlukan tindakan pengobatan
2. Hemangioma
adalah proliferasi pembuluh darah yang tidak normal. Hemangioma merupakan jenis
tumor pembuluh darah yang lebih dikenal
sebagai tanda lahir atau birthmark. Etiologinya disebabkan
malformasi jaringan angioblastik (jaringan pembentuk pembuluh darah) selama
masa janin. Adapun penatalaksanaannya
adalah konservatif, dibiarkan menghilang sendiri. Lesi yang menganggu estetika
dapat dihilangkan dengan laser. Diagnosis banding hemangioma adalah bercak
mongol, tumor kulit lain, iritasi dan infeksi kulit.
3. Ikterus
adalah warna kuning pada kulit konjungtiva, dan mukosa akibat penumpukan
bilirubun, sedangkan hiperbilirubunemia adalah ikterus dengan konsentrasi
bilirubin serum yang menjurus ke arah terjadinya karena ikterus atau
ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan. Jenis ikterus
yaitu Ikterus fisiologis dan ikterus patologis.
4. Muntah
dan gumoh yaitu keluarnya kembali sebagian besar atau seluruh isi lambung yang
terjadi setelah agak lama makanan masuk kedalam lambung. Penyebabnya yaitu
adanya kelainan kongenital pada pencernaan, iritasi lambung, atresia esofagus,
atresia stenosis, hischprung tekanan
intrakanial yang tinggi, cara memberi makanan atau minuman yang salah. Dan
infeksi pada masa neonatus misalnya faktor infeksi (Tractus urinaris akut,
Hepatitis, Peritonitis).
5. Oral
Thrush adalah kandidiasis selaput, lendir mulut, biasanya mukosa dan lidah, dan
kadang-kadang palatum, gusi serta lantai mulut. Penyakit ini ditandai dengan
plak-plak putih dari bahan lembut menyerupai gumpalan susu yang dapat
dikelupas, yang meninggalkan permukaan perdarahan mentah. Penyebabnya yaitu
adanya jamur candidia albicans yang dapat tertular selama proses persalinan
atau transmisi melalui botol susu dan puting susu yang tidak bersih, atau cuci
tangan yang tidak benar.
6. Diaper rash adalah merupakan akibat
karena kontak terus menerus dengan keadaan lingkungan yang tidak baik akibat
kebersihan kulit yang tidak terjaga, jarang ganti popok setelah bayi/anak
kencing, udara/suhu lingkungan yang terlalu panas/lembab, akibat mencret,
reaksi kontak terhadap karet, plastik, deterjen. Tanda dan gejalanya yaitu
iritasi pada kulit yang terkena, muncul sebagai erythema.
7. Seborrhea
Penyakit ini belum diketahui penyebabnya.Mulai biasanya dari kulit kepala
kemudian menjalar ke muka, kuduk, leher dan badan.Pada anak dan bayi biasanya
terdapat tipe eritroskuamosa.Efloresensi berupa sisik yang berlemak dan
eritema.Distribusi kelainan pada daerah yang terdapat banyak kelenjar sebasea
dan kepala.Kadang-kadang juga di daerah intertriginosa dan sekitar bibir.
8. Bisulan (Furunkel) adalah benjolan
besar, merah dan lunak yang terjadi akibat folikel rambut yang terinfeksi
stafilokokus akibat kurangnya kebersihan, kurang gizi, udara panas, tekanan dan
gesekan pada kulit, dan garukan akibat gatal. Penatalaksanaannya yaitu menjaga
kebersihan diri, lingkungan dan gizi anak, jangan memencet, menggaruk benjolan,
cuci kulit dengan spiritus atau larutan 1 sdt garam dalam segelas air untuk
mencegah infeksi, kemudian tutup dengan kassa steril, krim antiseptik, cairan
antiseptik untuk mandi, tablet antibiotik jika infeksi menyebar.
9. Millariasis (Biang keringat) banyak diderita bayi
didaerah tropis karena produksi keringat yang berlebihan, sementara saluran
kelenjar keringatnya tersumbat. Produksi yang berlebihan dapat disebabkan oleh
udara panas, ventilasi kurang, pakaian yang dikenakan terlalu tebal dan ketat.Gejala
yang sering muncul yaitu bintik-bintik merah (ruam) pada leher, dahi dan bagian
tubuh yang tertutup pakaian (dada dan punggung). Gejala utama ialah gatal-gatal
seperti ditusuk-tusuk, dapat disertai dengan warna kulit yang kemerahan dan
gelembung berair berukuran kecil (1-2 mm).
10. Diare
adalah suatu keadaan frekuensi BAB > 4x pada bayi atau >3x pada anak
dengan konsisitensi tinja cair dan atau tanpa lendir atau darah disebabkan oleh
infeksi, malabsorbsi, makanan : basi,beracun, alergi makanan, penyakit pada
usus: colitis ulseratif, enterocolitis, psikologis : takut, cemas.
11.
Obtsipasi
Sembelit
merupakan masalah yang umum terjadi pada bayi dan anak-anak dan bersifat
normal.Tanda adanya kondisi yang lebih serius apabila disertai muntah, berat
badan sulit naik, demam dan berat badan sulit naik.
12. Infeksi pada neonatus di negeri kita masih
merupakan masalah yang gawat. Di Jakarta terutama di RSCM, infeksi merupakan
10-15 % dari morbiditas perinatal. Hal ini mungkin disebabkan RSCM Jakarta
adalah rumah sakit rujukan untuk Jakarta dan sekitar.
Infeksi pada neonatus lebih
sering ditemukan pada BBLR. Infeksi lebih sering ditemukan pada bayi yang lahir
di rumah sakit. Dalam hal ini tidak termasuk bayi yang lahir di luar rumah
sakit dengan cara septik. Bayi baru lahir mendapat imunitas trans plasenta
terhadap kuman yang berasal dari ibunya. Sesudah lahir, bayi terpapar pada
kuman yang berasal bukan saja dari ibunya tetapi juga berasal dari ibu lain.
Terhadap kuman yang disebut terakhir ini, bayi tidak mempunyai imunitas.
13. Bayimeninggal mendadak dapat disebut juga dengan Sindrom kematian bayi
mendadak (SDIS). Menempatkan bayi BBLR sehat, tidur dalam posisi telungkup
secara teoritis telah dihilangkan dari praktik neonatus sejak kampanye ‘tidur
terlentang’ pada bula Desember tahun 1991 dan berbagai laporan pemerintahan
setelahnya. (DoH 1991, 1993, 1995).
1.
Hendaknya
mahasiswa dapat benar – benar memahami dan mewujud nyatakan peran Bidan yang
prefesional, serta dapat melaksanakan tugas – tugas dengan penuh tanggung
jawab, dan selalu mengembangkan ilmu kebidanannya.
2. Dapat mengetahui dan menerapkan ilmu yang telah
diperoleh serta mendapatkan pengalaman dalam melaksanakan asuhan kebidanan
secara langsung pada ibu sehingga dapat digunakan sebagai berkas didalam melaksanakan
tugas sebagai bidan.
3. Bidan harus mampu dan terampil memberikan
pelayanan sesuai dengan standart yang diterapkan.
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. IKA Jilid
2. Jakarta. Infomedika
Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. IKA Jilid
3. Jakarta. Infomedika
Verney, Helen. 1997. Varney’s Midwifery. 3rd ed.
P 551-559. London : Johanes and Barlett Publishers Internasional
Varney, Helen. 2004. Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Ed.4,
vol. 2. Jakarta : EGC
Nelson, Waldo E. 1996. Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1
Edisi 15. Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar